Kamis, 29 Oktober 2009

Saya ikut Yesus atau Yesus ikut saya???

Bila ditanya mana yang benar dan seharusnya, saya ikut Yesus atau Yesus ikut saya??? Maka semua orang akan kompak menjawab, yang benar dan seharusnya adalah saya ikut Yesus.
Namun bila kita mau jujur, maka kenyataan yang sering terjadi dalam hidup kita adalah kita lebih mau agar Yesus ikut saya. Bahkan ada yang lebih lagi dengan memaksa agar Yesus ikut kita. Kita lebih ingin semua kemauan dan keinginan kita diikuti oleh Yesus,bahkan walaupun kita tahu bahwa keinginan kita itu dapat merugikan ataupun menyakiti orang lain, kita tidak perduli yang penting kita mau agar Yesus mengikuti keinginan kita. Kita bertindak seolah-olah kita lebih tahu segala yang terbaik untuk hidup kita dibandingkan dengan Yesus. Kita merasa setiap keinginan yang kita minta itu adalah yang terbaik buat kita dan tugas Yesus hanya sekedar mengikuti dan mengabulkan saja semua keinginan-keinginan kita. Maka tidak jarang bila kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan, kita akan dengan berani mendebat Yesus dalam doa kita, kita mendebat dan mengeluarkan bermacam-macam alasan agar Yesus mengerti bahwa memang benar apa yang kita minta itu adalah yang terbaik untuk kita dan Yesus harus mengabulkannya, dan bila setelah berdebat itupun ternyata Yesus tetap tidak memberikan, maka kita tidak segan-segan akan marah dan merasa Yesus tidak baik dan tidak memperdulikan kita.
Lalu bila sudah seperti ini, sebenarnya mana yang menjadi Tuhan dan mana yang menjadi ciptaanNya?? Bukankah bila sudah seperti diatas, kita sudah bertindak seolah-olah kita yang menjadi Tuhan yang berkuasa, dan Yesus hanya kita jadikan pelayan yang harus mengikuti dan mematuhi semua keinginan-keinginan kita???
Kita tentunya tahu alasan mengapa yudas menjual Yesus?? Yudas kecewa karena keinginannya untuk melihat Yesus menggunakan pedang dan menggunakan kekuatanNya untuk berperang, merebut dan membebaskan bangsanya dari penjajahan tidak tercapai dan tidak dikabulkan oleh Yesus. Yudas yang ingin menjadikan yesus sebagai raja, dalam arti raja yang berkuasa secara fisik dengan jalan berperang dan merebut kekuasaan dari tangan penjajah, tidak tercapai. Yudas mau agar Yesus mengikuti keinginannya, oleh karena itu ia kecewa dan kemudian menjual Yesus ketika keinginannya tidak diikuti oleh yesus.
Teman-teman, mungkin memang kita tidak seperti yudas yang menjual Yesus untuk disalibkan. Namun bila kita mau mengkoreksi diri kita, mungkin kita juga pernah bertindak seperti Yudas yang kecewa karena keinginannya tidak diikuti oleh Yesus. Mungkin kita pernah kecewa karena keinginan kita untuk mendapatkan pekerjaan, mendapatkan karier yang bagus, mendapatkan kekayaan, mendapatkan pacar, atau mendapatkan apapun juga keinginan kita, dianggap Yesus bukanlah yang terbaik untuk kita sehingga Ia tidak memberikannya.
Bila kita sudah terjebak pada pemikiran seperti diatas tadi, pemikiran bahwa apa yang kita inginkan itu adalah yang terbaik untuk kita dan Yesus harus mengikuti segala keinginan kita, maka tidak mustahil kita pun mungkin akan menjual Yesus. Menjual Yesus untuk pekerjaan yang kita inginkan, menjual Yesus untuk karier yang kita inginkan, untuk kekayaan yang kita inginkan ataupun untuk pacar yang kita inginkan. Bila kita sudah terjebak pada pemikiran bahwa kita yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita, maka kita akan menjadi orang yang menghendaki agar Yesus mengikuti kita bukan lagi kita yang mengikut Yesus.
Oleh karena itu teman-teman, mari kita sama-sama belajar untuk menanamkan pengertian dalam diri kita bahwa semua rancangan dan rencana Tuhan untuk kita itu adalah yang terbaik dan terindah bagi kita. Dia yang lebih mengetahui apa yang diperlukan dan yang terbaik bagi Anak-AnakNya, Dia adalah Bapa yang tidak akan memberikan ular beracun pada AnakNya yang meminta roti. Dia juga Bapa yang tidak akan memberikan pisau bila itu bukan yang diperlukan dan bukan yang terbaik bagi AnakNya walaupun AnakNya memintanya. Dengan mengerti dan menanamkan pengertian ini dalam diri kita, maka kita akan dapat menjadi pengikut Tuhan yang baik, menjadi pengikutNya dan bukan memaksakan agar Tuhan mengikuti kita. Kiranya kita dapat mengikut Dia dan bukan memaksakan Dia mengikuti keinginan-keinginan kita.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar