Kamis, 15 Oktober 2009

Mengajar Anak Untuk Berbagi.

Mengajar anak untuk berbagi adalah tema kami sebagai kakak-kakak sekolah minggu GKI Kepa Duri dalam acara temu Wicara orangtua dan Guru Sekolah Minggu, yang akan kami adakan tgl 18 Oct ini, dalam rangka acara bulan keluarga GKI.
Kami sadar, ketika kami mengangkat tema “mengajar anak untuk berbagi”, itu artinya sebelum kita sebagai orang yang lebih dewasa mengajarkan anak kita ataupun adik-adik sekolah minggu kita, seharusnyalah kita dahulu yang menjalankan dan menunjukan sikap berbagi itu dalam setiap kehidupan kita. Permasalahannya adalah, bagaimana kita dapat dan mau mengajarkan sifat berbagi untuk anak ataupun adik sekolah minggu kita bila kitapun sebagai orang yang lebih dewasa tidak mengetahui dengan benar prinsip-prinsip berbagi. Ada beberapa orang yang menganggap bila dirinya sudah memberikan sumbangan atau perpuluhan ataupun persembahan maka ia menganggap bahwa ia selesai menjalankan tugasnya untuk berbagi. Bila itu yang terjadi maka mungkin saja ia akan merasakan hampa atau tidak merasakan sukacita ketika ia berbagi. Bila sudah seperti itu maka jangan heran bila suatu ketika ia akan berhenti dan tidak mau lagi untuk berbagi karena ia tidak merasakan sukacitanya dalam berbagi. Orang yang tidak memahami prinsip-prinsip dalam berbagi mungkin saja mengangap bahwa berbagi itu adalah tugas yang memberatkan dan merepotkan sehingga ia akan melakukannya dengan terpaksa.
Salah satu prinsip dalam berbagi adalah, jangan selalu menyamakan arti berbagi itu harus selalu dengan uang, uang dan uang. Sehingga ia merasa bila ia sudah memberikan sumbangan uang kepada orang lain maka ia telah menjalankan tugasnya untuk berbagi, dan bila ia tidak mempunyai uang maka ia tidak bisa berbagi dalam hidupnya. Bila berbagi hanya didasarkan pada uang maka artinya orang-orang yang kaya dan banyak uangnya saja yang dapat berbagi, dan juga orang-orang kaya itu tidak perlu orang lain. Tidak seperti itu. Siapapun orangnya ketika ia sedang menghadapi masalah atau sedang merasakan seorang diri tentunya ia perlu diberikan perhatian, kasih dan penghiburan dari orang lain yang bersedia berbagi perhatian, kasih untuknya.
Berbagi dalam hidup tidak hanya dengan uang kita, kita pun dapat dan perlu untuk berbagi perhatian, berbagi kasih, berbagi telinga kepada orang yang sedang membutuhkan perhatian.
Belum lagi masih ada orang yang memiliki motivasi yang salah dalam berbagi. Salah satu motivasi yang salah dalam berbagi adalah dengan menganggap bahwa ketika ia berbagi dengan orang lain maka Tuhan harus membayar dan menggantikan apa yang dia bagikan itu dengan berkali-kali lipat. Kita sering mendengar ada orang yang mengatakan bila kita mau memberi uang kepada orang miskin ataupun orang yang memerlukan maka Tuhan akan membalasnya dengan uang yang berkali-kali lipat. Ini salah satu motivasi memberi yang keliru, dia pikir dengan memberikan orang lain uang 1000 maka Tuhan harus membayar dia 10.000. Apakah uang 1000 yang ia berikan kepada orang lain itu uangnya sendiri sehingga ia menganggap Tuhan berhutang 1000 kepadanya dan harus membayar 10.000?? motivasi ini yang perlu kita luruskan dalam berbagi. Kita sebenarnya tidak memberikan orang lain apapun dari yang kita punya, kita hanya menyalurkan apa yang Tuhan telah titipkan untuk kita dan orang lain.
Orang yang tidak mau berbagi adalah orang yang tidak mengerti asal kepunyaannya itu dari mana dan ia tidak tahu siapa yang memberi. Artinya, orang ini tidak tahu bahwa sebenarnya segala sesuatu yang ia punyai sekarang itu bukanlahlah miliknya sendiri tapi semuanya berasal dari Tuhan. Biasanya orang-orang yang seperti ini memiliki motto bahwa apapun yang ia inginkan harus diraihnya dengan kerja keras. Memang motto ini tidak sepenuhnya salah hanya kurang lengkap, seharusnnya ia menambahkan kata-kata, apapun yang ia inginkan harus diraihnya dengan kerja keras dan pertolongan Tuhan serta Tuhanlah yang menentukan hasil akhir dari kerja keras kita itu.
Lalu juga ia tidak tahu siapa yang memberi. Artinya orang seperti ini selalu berpikir bahwa setiap apapun juga yang ia berikan itu berarti ia yang memberikan, lalu siapa yang akan memberikan untuk dirinya bila ia akan kekurangan karena ia telah memberikan apa yang ia punya itu untuk orang lain. Orang seperti ini tidak sadar bahwa apa yang ia punya itu semata-mata diberikan oleh Tuhan, dan Tuhan tidak akan pernah kehabisan apapun juga untuk memberikannya dan mencukupi orang itu sendiri dan orang lain.
Lalu hal apa yang membuat orang tidak mau untuk berbagi dalam hidupnya?? Jawabannya adalah karena rasa cinta uang dan sifat egois dalam dirinya yang membuat orang tidak mau berbagi. Salah satu akar dosa adalah sifat rasa cinta uang dalam hati kita, Keserakahan dan tidak pernah merasa cukup. Begitu juga dengan sifat egois yang hanya menginginkan kepentingan diri kita sendiri yang diutamakan.
Saya ada sebuah cerita, tentang sebuah keluarga sederhana. Diceritakan ada sebuah keluarga yang memiliki penghasilan pas-pasan namun ia selalu mau berbagi untuk orang-orang lain yang membutuhkan. Keluarga ini selalu menyisihkan dari penghasilannya yang pas-pasan itu untuk membantu tetangga-tetanganya yang sedang membutuhkan bantuan. Kegiatan ini dilakukan terus menerus oleh keluarga ini tanpa sekalipun berharap mendapat balasan dari apa yang telah ia lakukan. keluarga ini selalu melakukannya dengan bahagia karena setiap mereka berbagi mereka merasakan sukacita yang besar dalam diri mereka. Hingga suatu hari datanglah seorang pengembara untuk singgah dan menumpang dirumah keluarga sederhana ini, seperti biasa keluarga ini menyambut tamunya dengan senang dan membantu memberikan segala keperluan si pengembara ini dengan sukacita, sampai ketika pengembara ini akan pulang, ia mengatakan kalau ia tidak bisa membalas segala kebaikan keluarga itu dengan uang karena ia tidak memiliki uang, ia hanya memiliki seekor bebek dan itu yang akan ia berikan kepada keluarga ini. Hanya satu pesan si pengembara ini, bila nanti bebek ini bertelur tolong berikan telur yang satu untuk orang lain yang membutuhkan dan telur yang satunya lagi boleh dimiliki oleh keluarga itu. Singkat cerita setelah beberapa minggu keluarga ini merawat bebek pemberian si pengembara itu, maka keluarga ini mendapatkan hasil yaitu bebek ini bertelur dua butir. Sesuai pesan dari pengembara tadi maka telur yang satu mereka berikan kepada tetangga mereka yang membutuhkan sedang telur yang satu lagi untuk mereka. Hal ini terus berlangsung beberapa bulan, setiap hari bebek ini bertelur dua butir dan setiap hari juga keluarga sederhana itu memberikan satu telur untuk tetangganya. Selama beberapa bulan itu keluarga sederhana ini dapat cukup dengan satu telur bagiannya dan juga selalu sukacita memberikan telur yang satunya untuk tetangganya. Hingga suatu waktu bebek ini menelurkan dua butir telur emas, maka sesuai pesan pengembara telur yang satu harus diberikan kepada orang yang membutuhkan. Keluarga ini terus menuruti pesan pengembara dengan memberikan telur yang satu untuk orang lain, walaupun sekarang semenjak bertelur emas, si bebek hanya bertelur dua butir telur emas setiap dua minggu sekali. Mula-mula itu tidak menjadi masalah bagi keluarga sederhana tadi, namun semenjak istri dari keluarga sederhana ini berubah menjadi istri yang telah tahu dan hobby berbelanja serta mengenakan perhiasan-perhiasan dan baju-baju mewah maka ia merasa satu telur emas setiap dua minggu sekali itu tidak cukup, ia minta kepada suaminya untuk tidak lagi memberikan telur emas yang satunya untuk tetangga-tetangganya yang membutuhkan. Mulai dari sinilah muncul pertengkaran-pertengkaran dalam rumah itu, sang suami masih bertahan untuk tetap memberikan satu telur emas untuk tetangga-tetangganya namun istrinya selalu marah setiap suaminya memberikan telur emas untuk tetangga yang membutuhkan. Pertengkaran-pertengkaran ini akhirnya membuat keluarga itu bercerai, dank arena si istri itu takut suaminya tidak akan memberikan bebek bertelur emas itu untuknya maka ia berniat membunuh bebek itu karena ia berpikir bila setiap dua minggu sekali bebek ini bisa bertelur emas berarti dalam perut bebek ini pasti terdapat banyak emas, daripada dia tidak memperoleh bebek itu maka ia berniat membelah perut bebek itu untuk mengambil emasnya. Namun apa yang didapat?? Ternyata dalam perut bebek itu tidak ada sedikitpun emas.
Cerita tadi memang hanya sebuah cerita, namun banyak hal yang dapat kita ambil dari cerita itu. Keserakahan dan rasa cinta uang akan membuat kita tidak lagi mau untuk berbagi, bahkan rasa cinta uang dan keserakahan itu akan mengambil sukacita yang selama ini telah kita miliki.
Begitu juga dengan keegoisan, walaupun mungkin usia kita telah dewasa namun kadang-kadang keegoisan kita seperti anak-anak yang selalu ingin dirinya sendiri yang dipentingkan dan diutamakan, kita tidak mau berbagi perhatian, kasih kepada orang lain karena kita menginginkan orang lainlah yang harus selalu memberikan perhatian dan kasih kepada kita. Egois untuk mendapatkan semuanya untuk kita sendiri dan tidak mau membagi kepada orang lain.
Jadi teman-teman, tidaklah mudah untuk mengajarkan anak kita ataupun adik-adik sekolah minggu kita untuk berbagi. Selama diri kita sendiri belum memahami arti sesungguhnya dari berbagi maka tidak mungkin kita dapat memberikan contoh dan teladan yang benar dalam berbagi. Mungkin kita dapat berbagi, namun apakah dalam berbagi itu motivasi kita telah benar?? Atau apakah dalam berbagi itu kita melakukannya dengan terpaksa dan hanya menganggap sebagai tugas semata sehingga kita tidak dapat menikmati sukacita dalam berbagi??
Berbagi bukanlah tugas semata, namun itu adalah panggilan kita sebagai murid Kristus yang telah lebih dahulu memperoleh berkat dan kasih Kristus. Sehingga sudah sepatutnyalah kita sebagai muridNya menyalurkan segala berkat dan kasih yang selalu Ia berikan kepada kita. Jadilah saluran Kristus untuk berbagi berkat dan kasih kepada sesama, dan nikmatilah sukacita dalam berbagi.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar