Selasa, 02 Februari 2010

Daniel, Pembangkang yang Beriman.

Mungkin bila saat ini President kita mengeluarkan suatu peraturan atau perintah maka mungkin tidak semua orang akan segera mematuhi dan menaatinya, apalagi para kritikus atau para politisi, mereka pasti akan segera menganalisa dan mengkritik peraturan atau perintah president itu benar atau tidak, layak atau tidak untuk dilakukan atau dipatuhi. Semua kritik itu bisa saja dilakukan karena situasi politik kita saat ini menganut system demokrasi. Tapi jangan bayangkan situasi politik seperti sekarang yang ada pada jaman Daniel waktu itu, waktu itu mereka menggunakan system politik monarki absolute, artinya raja dianggap sebagai Tuhan, sehingga segala perintah yang keluar dari mulut raja adalah suatu keputusan yang harus dilakukan, tidak boleh dikritisi apalagi ditentang. Siapun yang berani menentang atau membangkang perintah raja maka hukumannya pasti hukuman mati. Kondisi seperti ini yang dialami Daniel, belum lagi saat itu sebenarnya Daniel adalah warga Yehuda yang merupakan kota yang telah dikalahkan oleh Raja Babel, sehingga kondisi Daniel adalah warga daerah jajahan yang seharusnya patuh dan takut akan semua perintah raja yang sedang menjajah wilayahnya.
Namun ternyata Daniel bukanlah orang yang mau mencari selamat dan aman saja. Ia ternyata tetap memiliki iman yang teguh ditengah jajahan raja yang tidak memiliki iman yang sama dengannya. Ternyata Daniel lebih takut dan patuh akan Tuhan dan setia pada imannya daripada takut dan patuh serta setia pada manusia. Daniel tetap kritis menilai peraturan yang dikeluarkan raja meskipun kondisinya waktu itu tidak memungkinkannya untuk kritis. Namun satu yang menarik, ternyata Daniel bukanlah seorang yang mengkritisi hanya semata-mata untuk mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang yang dikritisinya, Daniel kritis dengan alasan yang benar yaitu hanya karena apa yang ada tidak sesuai dengan imannya dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Daniel berani mengkritisi perintah raja karena ia memiliki dasar yang tepat yaitu iman kepada Tuhan. Daniel bukan mengkritisi untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekan raja, itulah sebabnya Daniel hanya melawan perintah raja seorang diri dan tidak mempengaruhi orang-orang Yehuda yang lainnya untuk membantunya melawan perintah raja.
Inilah yang membedakan pembangkangan Daniel dengan pembangkangan beberapa orang saat ini, umumnya mereka yang melakukan pembangkangan atau mengkritisi sesuatu keputusan saat ini bukan lagi karena memang ia melihat keputusan itu benar-benar salah dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai iman yang hakiki, namun kebanyakan mereka semata-mata membangkang atau mengkritisi sebuah keputusan atau peraturan hanya semata-mata untuk mencari-cari kelemahan dan kesalahan orang itu untuk ia dapat menjatuhkan atau menjelek-jelekan orang yang menetapkan peraturan itu. Orang-orang yang seperti ini biasanya membangkang atau mengkritisi hanya karena perasaan tidak suka dengan orang yang menetapkan peraturan itu, ia tidak perduli dengan isi peraturannya, baginya yang terpenting adalah mencari kesalahan dan kelemahan dari peraturan itu sehingga dapat dipakai untuk melemahkan atau menjelek-jelekan orang yang menetapkan peraturan itu.
Inilah pembangkangan atau pengkritisan yang tidak benar. Dan ini bukan hanya terjadi pada dunia politik saja, dalam dunia pelayanan digereja pun sifat dan sikap pembangkangan atau pengkritisan seperti ini ada dan tumbuh subur. Sebagai contoh, bila kita tidak suka pada pendeta kita maka setiap apapun juga keputusan yang diambil oleh pendeta kita ini akan kita tentang. Tidak perduli apa isi keputusannya yang penting kita cari-cari kesalahan dari keputusan pendeta ini agar kita bisa mempermalukan pendeta itu didepan semua jemaat dengan mengatakan pendeta ini tidak becus memimpin dan mengambil keputusan yang benar. Begitu juga kepada pengurus-pengurus atau panitia suatu acara natal atau acara gerejawi lainnya, bila kita tidak suka dengan orang itu yang menjadi pengurus atau panitia, maka kita akan segera mencari-cari kelemahannya ketika ia menetapkan keputusan, walaupun sebenarnya keputusan yang dibuatnya itu sudah benar, sehingga kita dapat menjelek-jelekan atau mempermalukan orang itu didepan pengurus atau panitia yang lain sehingga semua pengurus atau panitia yang lain menjadi tidak suka dengan orang itu karena dianggap tidak mampu untuk terlibat dalam kepengurusan atau kepanitiaan. Sadar atau tidak, sebenarnya sifat pembangkangan atau pengkritisan seperti ini amat sangat dapat merusak pelayanan dalam gereja.
Sebagai orang Kristen, tentunya kita pun dituntut untuk tetap kritis. Namun bukan kritis yang untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekan orang tanpa melihat isi keputusannya. Sebagai orang Kristen kita dituntut untuk tetap kritis dalam dasar yang benar dan tepat yaitu dasar iman kita pada Tuhan. Sudah selayaknya dan seharusnya kita melihat suatu masalah dengan kritis dan dengan iman, sehingga kita bukan menjadi seorang pembangkang atau pengkritis yang semata-mata karena rasa iri atau rasa tidak senang dengan orang itu, tapi biarlah kita menjadi orang Kristen yang kritis dengan dasar iman kepada Tuhan. Sehingga kita dapat menilai suatu masalah dengan kritis, bukan dengan dasar iri atau tidak suka terhadap orang itu, namun kritis dengan melihat apakah keputusan itu seturut atau tidak dengan kehendak dan jalan Tuhan. Kiranya Tuhan memampukan kita semua menjadi orang-orang Kristen yang kritis dengan dasar iman yang benar dan teguh. Amin.