Senin, 28 September 2009

Mencari rupa Allah

Teman-teman, saya ada sebuah cerita tentang 3 orang pemuda buta yang dimintai pendapat oleh seorang pemilik rumah makan tentang makanan gudeg andalan rumah makan itu. Setiap pemuda ini hanya boleh menyendok makanan di piring itu sekali saja dan kemudian pemuda buta itu harus memberikan pendapatnya tentang bagaimana rasa gudeg yang ia coba. Tentu saja ketiga pemuda buta ini senang karena selama ini mereka belum pernah mencoba makanan gudeg. Pemuda buta yang pertama ketika menyendok makanan dari piring itu, ia mengambil sayur gudeg nangkanya, maka ia mengatakan pendapatnya bahwa gudeg itu rasanya manis sekali. Ketika giliran pemuda buta yang kedua menyendok makanan dalam piring itu, ia mengambil santan areh atau santan kental yang menjadi bumbu gudeg, maka pemuda ini mengatakan, “maaf teman kamu salah, gudeg itu rasanya asin”. Lalu sampailah pada pemuda buta yang terakhir, ketika ia menyendok ternyata ia mengambil cabai pada sayur krecek nya, maka ia pun mengatakan “maaf teman-teman, kamu berdua salah ternyata rasa gudeg yang sebenarnya itu pedas”. Karena ketiga pemuda buta ini merasa bahwa pendapatnya yang paling betul maka mereka pun bertengkar dan terus mempertahankan pendapatnya dan saling menyalahkan pendapat yang lainnya.
Teman-teman, kisah pemuda buta tadi ingin menggambarkan bagaimana sikap kita ketika saling berdebat tentang rupa Allah. Sadar atau tidak kita sering sekali mencoba mengurung Allah dengan gambaran kita tentang Dia. Ketika kita merasakan kesenangan dan sedang menikmati kesuksesan maka dengan segera kita katakana bahwa Allah itu adalah baik dan penuh kasih, namun ketika kita atau orang yang lain sedang merasakan kesedihan karena musibah yang kita atau orang itu alami maka dengan segera juga kita katakana bahwa rupa Allah itu adalah Allah yang kejam dan tidak perduli. Kita merasa berhak dan ingin mengurung Allah dengan gambaran kita tentang Allah, bahkan tidak jarang teman-teman kita coba mengurung rupa Allah dengan menggambarkanya dalam bentuk-bentuk yang bisa mereka lihat dan rasakan melaui panca indera mereka. Ini yang terjadi juga pada orang-orang di Athena seperti dalam Kisah Rasul 17:16-28, mereka berupaya mengurung Allah dengan panca indera mereka sehingga mereka mulai menciptakan patung-patung yang dianggapnya menjadi allah yang patut mereka sembah. Orang-orang di Athena itu berpikir bahwa Allah itu harus dapat mereka lihat bentuknya serta dapat mereka pegang melalui panca indera mereka, mereka mau Allah yang nyata berdasarkan penglihatan dan panca indera mereka, sehingga mereka mulai membuat patung-patung allah untuk mereka namai dan mereka sembah. Sampai pada akhirnya mereka pun menjadi bingung dan kehabisan akal sehingga mereka membuat satu patung yang dinamai “allah yang tidak dikenal”. Seperti inilah juga yang terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini, banyak orang yang cenderung ingin mengurung Allah dalam pemikiran dan panca indera mereka, mereka menginginkan Allah yang dapat mereka lihat dan mereka kenal melaui penglihatan mata lahiriah mereka. Sehingga mereka mencari berbagai cara untuk dapat menemukan gambar rupa Allah yang dapat mereka lihat dan mereka pegang.
Sekarang pertanyaannya teman-teman, menurut kalian apakah memang Allah yang kita sembah itu bisa kita batasi dengan ruang, panca indera penglihatan jasmani kita seperti apa yang diinginkan orang-orang itu??? Tentu saja jawabannya TIDAK, Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh kuasa, Dia adalah Allah yang berdaulat, Allah yang memiliki kebebasan melakukan segala kehendakNya, Allah yang berkuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan kita manusia dengan segala panca indera yang Dia berikan kepada kita.
Demikian juga Rasul Paulus menentang apa yang dipahami oleh orang-orang Athena dalam Kisah Rasul 17:16-28, Paulus menentang pemikiran mereka yang ingin mencari rupa Allah berdasarkan penglihatan jasmani mereka sendiri, mereka ingin memiliki allah yang dapat mereka lihat dengan mata mereka dan allah yang dapat mereka sentuh dengan tangan mereka, sehingga mereka menciptakan patung-patung sebagai allah yang mereka sembah.
Teman-teman, kadang-kadang kitapun seperti itu, kita sering kali seperti Tomas, murid Yesus, yang hanya mau percaya setelah ia memegang Yesus dengan tangan jasmaninya. Kita sering kali menuntut, baru mau percaya pada Allah bila kita telah melihat Allah. Teman-teman, sebenarnya kita pun dapat melihat dan mengenal Allah, namun kita tidak dapat mengurung Allah dengan keinginan kita melihat Allah berdasarkan mata jasmani kita dan memegang Allah dengan tangan lahiriah kita. Lalu pertanyaannya bagaimana kita dapat mengenal Allah??? Kita tentu saja dapat mengenal Allah melalui karya-karyaNya yang nyata dalam setiap waktu kehidupan kita, kita dapat mengenal allah melalui firman-firman Tuhan yang kita baca dan renungkan setiap hari. Bukankah Allah telah menyatakan diriNya melalui yesus??? Dan bukankah Yesus telah banyak memberikan pengajaran-pengajaranNya selama Ia melayani di dunia ini, serta bukankah Yesus juga telah meninggalkan teladan-teladan yang dapat kita pelajari?? Bukankah juga murid-muridNya telah memberikan kesaksiannya dan menuliskan pengajaran-pengajaran yang Yesus berikan melalui firman yang dapat kita baca dan renungkan setiap hari???
Kita dapat mengenal Allah melalui itu semua, kita dapat mengetahui dan mengenal rupa Allah melalui bacaan firman yang kita baca dan renungkan setiap hari. Janganlah kita menjadi seperti ketiga pemuda yang buta tadi, yang bertengkar karena ketidak tahuan mereka dan hanya mengandalkan panca indera perasa mereka belaka tanpa pengenalan yang benar tentang apa yang mereka rasakan. Atau janganlah juga kita menjadi seperti orang-orang di Athena, seperti dalam bacaan kita tadi, yang mencari rupa Allah dengan mengurungNya dalam patung-patung karena mereka ingin melihat dan mengenal Allah menurut keinginan mereka yang dapat mereka lihat dengan mata jasmani mereka dan yang dapat mereka raba dengan tangan lahiriah mereka, mereka ingin mengenal Allah berdasarkan keinginan-keinginan mereka, dan yang pada akhirnya tidak berkenan di hati Allah.
Sesungguhnya kita dapat mengenal Allah, sesungguhnya kita dapat mengenal rupa Allah. Oleh karena itu marilah kita mencari rupa Allah dengan pengenalan-pengenalan yang benar tentang Allah melalui karya-karyaNya yang kita rasakan dalam setiap kehidupan kita, serta melalui firman-firmanNya yang kita baca dan renungkan setiap hari. Marilah kita semakin dekat padaNya untuk mengenal Dia dengan benar, sehingga pada akhirnya Allah berkenan pada kita dan menjadikan kita Anak-AnakNya. Amin.

Rabu, 23 September 2009

Memaafkan bukan hanya sekedar kata maaf

Baru saja beberapa hari yang lalu kita melewatkan hari lebaran, bagi teman-teman kita yang muslim tentu saja lebaran memiliki arti khusus, kita bisa temui begitu banyak orang-orang yang meminta maaf dan memaafkan pada saat-saat hari lebaran itu, tapi kalau kita mau melihat secara seksama berapa banyak dari begitu banyaknya orang-orang yang meminta maaf dan memaafkan itu tahu artinya memaafkan dan meminta maaf, karena tidak sedikit juga yang bisa kita lihat ketika orang-orang itu meminta maaf dan memaafkan terlihat hanya sekedar seremoni tahunan belaka, tidak ada arti dan makna yang benar saat mereka meminta maaf dan memaafkan. Coba kita perhatikan saat begitu banyak orang-orang pulang ke kampung halaman mereka, ketika bertemu tetangga kampung mereka langsung saja mereka spontan saling memaafkan, tapi coba Tanya mereka berapa banyak atau berapa sering mereka bertemu satu samalain?? Mungkin sekali jawabannya yah hanya setahun sekali dan hanya saat-saat lebaran itu, bila itu yang terjadi lalu dimana letak saling memaafkannya?? Bahkan mungkin tidak jarang tetangga yang mereka temui di kampung itu adalah tetangga baru dikampung mereka yang mungkin sekali mereka tidak mengenal benar orang tersebut, lalu dimana letak saling memaafkannya, apa yang dimaafkan??justru sebaliknya, ketika setiap hari mereka bekerja atau study atau berusaha di tempat lain atau merantau, mereka pasti bertemu dan bersinggungan dengan tetangga-tetangga rumah mereka, justru mungkin lebih sering mereka terlibat konflik antar tetangga mereka itu, namun sayang nya ketika saat-saat lebaran yang katanya waktu untuk saling memaafkan, mereka tidak bertemu dan melakukan saling bermaafan itu karena masing-masing telah sibuk dengan urusan pulang kampungnya, lalu kalau demikian dimana letak meminta maaf dan memaafkannya itu. Inilah yang saya sebut dengan meminta maaf dan memaafkan hanya sebagai seremonial tahunan belaka. Memang tidak semua orang atau tidak semua teman-teman muslim kita yang merayakan lebaran hanya melakukan saling bermaafan secara seremonial seperti yang saya katakana diatas, ada juga dan banyak juga mereka yang tahu dan memaknai saling memaafkan dengan benar.
Ada satu penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli kejiwaan, ternyata salah satu penyakit yang paling sulit disembuhkan adalah luka strss, luka batin, kebencian, kemarahan, dendam, dan trauma-trauma negative lainnya. Perasaan-perasaan terluka seperti itu paling sulit untuk disembuhkan secara total, sering kali luka-luka tersebut memendam dan mengakar dalam hati kita tanpa kita sadari, sehingga walaupun mungkin kita dapat dengan mudah mengatakan saya telah memaafkan dia, namun ternyata pikiran-pikiran kita masih menyimpan luka-luka yang disebabkan oleh kesalahannya, sehingga rekaman memori itu memendam dan mengakar dalam hati dan pikiran kita dan sewaktu-waktu siap kita keluarkan dan meledak menjadi sebuah dendam, kebencian ataupun luka batin yang sulit untuk disembuhkan secara total.
Saya pernah menanyakan beberapa orang untuk menjawab dengan jujur, menurut mereka mana yang paling sering mereka lakukan, yang pertama membalas kejahatan dengan kebaikan dan membalas kebaikan dengan kebaikan, atau yang kedua membalas kejahatan dengan kejahatan dan membalas kebaikan dengan kebaikan?? Dari jawaban-jawaban yang saya terima hampir sebagian besar atau hampir semuanya menjawab yang kedua, mereka lebih sering membalaskan kejahatan dengan kejahatan dan membalaskan kebaikan dengan kebaikan, alasan mereka melakukan hal yang kedua adalah buat apa kita berlaku baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita atau buat apa kita berbuat baik kepada orang jahat. Teman-teman sepertinya hal yang dilakukan oleh mereka yang mengatakan seperti itu adalah perbuatan yang manusiawi, sebagian besar tentunya orang tidak akan mau berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat kepadanya. Tapi coba kita sama-sama simak firman Tuhan dari Matius 18:21-35, perikop tentang mengampuni, ketika Petrus menanyakan pada Yesus berapa kali ia harus mengampuni?? Dan Yesus menjawab untuk mengampuni tujuhpuluh kaki tujuh kali (Mat 18:22).kita tentunya tahu maksud dari perkataan Yesus dengan menyebutkan mengampuni sebanyak tujuhpuluh kali tujuh kali itu bukan angka perkalian seperti matematika kita 70 X 7 = 490, Yesus mengunakan angka tujuh karena berdasarkan tradisi Yahudi angka tujuh memiliki arti yang sempurna, dengan demikian Yesus ingin kita memaafkan secara sempurna, selain itu Yesus juga ingin kita selalu saling mengampuni dengan segenap hati kita (Mat 18:35). Memang sebagian dari kita akan mengatakan “itukan Yesus, Yesus kan Allah sedangkan kita manusia, mana mungkin kita bisa melakukan hal yang dilakukan Allah”. Teman-teman, perintah Yesus dalam Matius 18:21-35 itu sangat jelas memerintahkan kita saling mengampuni dengan sempurna dan segenap hati, memang itu tidaklah mudah untuk dilakukan, namun bila kita telah menyebut diri kita sebagai anak-anak Allah maka seharusnyalah kita melakukan dan meniru apa yang Bapa kita telah lakukan. Memang itu tidaklah semudah yang dikatakan, dalam hal mengampuni, memang itu tidaklah semudah seperti mengatakan “saya memaafkan mu”, itulah mengapa di tema saya mengatakan memaafkan bukan hanya sekedar kata maaf. Saya teringat akan kunci memaafkan yang sepertinya banyak dari teman-teman yang telah mengetahuinya, kunci memaafkan itu adalah “forgive and forget”, memaafkan dan melupakan. Kadang-kadang kita lebih sering hanya mengunakan kata forgive, memaafkan saja dan kita tidak mengunakan kata selanjutnya yaitu forget, melupakan, sehingga seperti kata ahli jiwa dalam penelitiannya, rasa sakit hati, stress, kebencian dan amarah yang tidak memaafkan dan melupakan pada ahkirnya akan memendam dan mengakar dalam hati kita dan menjadikan dendam, luka batin yang sulit sekali untuk disembuhkan secara total. Kita lebih sering memberikan maaf dengan bibir saja, sedangkan sebenarnya dengan jelas Yesus menginginkan kita memaafkan secara sempurna yaitu dengan memaafkan dan melupakan. Ada orang yang mengatakan memaafkan itu bukan hanya sekedar perasaan, tapi memaafkan itu adalah kehendak atau keinginan, mau atau tidak kita memaafkan dan melupakan kesalahan orang itu.
Seperti yang saya bilang tadi, mungkin sebagian besar dari teman-teman sudah mengetahui kunci memaafkan “forgive and forget” ini, namun saat ini saya hanya ingin mengingatkan kembali kunci itu agar kita senantiasa bukan hanya mengingatnya saja tapi juga dapat mulai belajar menggunakan kunci forgive dan forget itu dalam kehidupan kita sehari-hari tepatnya dalam hal mengampuni. Saya tahu tidaklah mudah kita dapat melaksanakan perintah Yesus untuk memaafkan secara sempurna dan memaafkan dengan segenap hati, sayapun merasakan sulitnya memaafkan dan melupakan kesalahan orang yang bersalah kepada kita, apalagi bila kesalahannya itu sudah sangat membuat kita terluka, namun marilah kita bersama-sama mulai belajar untuk menjadi anak Tuhan yang patuh dan setia serta selalu menuruti perintah-perintahnya.
Kiranya kata-kata forgive and forget itu bukan hanya sekedar menjadi kata-kata indah yang kita tahu dan kita ingat, tapi biarlah kunci kata-kata forgive and forget itu dapat benar-benar kita lakukan dalam kita memaafkan sesama kita, begitu juga seperti hal nya salah satu kata dalam doa Bapa kami “ …… dan ampunilah kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami……”. Kiranya doa yang kita ucapkan itu dapat benar-benar kita lakukan dalam setiap kehidupan kita, sehingga kata maaf yang keluar dari kita bukan hanya sekedar kata maaf dimulut saja. Kiranya Tuhan yang adalah Bapa kita akan membantu dan memampukan kita untuk melakukan segala printah-perintahnya termasuk perintah untuk memaafkan secara sempurna dan memaafkan dengan segenap hati.
Amin.

Senin, 21 September 2009

Kecil tapi berarti.

Pernahkah teman-teman merasa diri kalian kecil?? Mungkin Kecil dalam arti sebenarnya yaitu ukuran fisik kalian yang tidak tinggi atau lebih pendek dari ukuran tinggi orang-orang biasanya. Atau mungkin juga kalian pernah merasakan diri kalian kecil dalam arti teman-teman merasa diri teman-teman tidak berarti, tidak memiliki kemampuan apa-apa, tidak pintar dibandingkan dengan orang lain, atau tidak cakap secara fisik atau wajah kalian. Seringkali kita merasakan hal-hal kekurangan kita ini menjadikan diri kita kecil dimata orang lain, tapi tidak jarang juga justru anggapan dan penilaian-penilaian orang yang cenderung mengkecil-kecil kan kita karena kekurangan-kekurangan kita dan pada akhirnya membuat diri kita merasa kecil dimata orang lain atau orang tersebut. Semua manusia tidak ada yang sempurna, tapi ketika kekurangan atau ketidak sempurnaan kita itu dijadikan senjata oleh orang lain untuk menjelek-jelekan atau mengkecil-kecil kan kita maka mungkin saja perasaan minder, kecewa ataupun malu akan menguasai kehidupan kita. Bila sudah seperti ini, bila sudah timbul rasa malu, kecewa ataupun minder karena kekurangan kita, maka kitapun tidak akan merasa nyaman dengan diri kita dan bersyukur dengan keberadaan kita, kita akan menutup diri, bahkan mungkin kita akan menyalahkan Tuhan karena memberikan kita kekurangan atau keberadaan diri seperti ini. Bila itu yang terjadi maka mustahil kita akan dapat bersyukur lagi kepada Tuhan atas segala kebaikanNya kepada kita.
Mungkin kita sudah sering mendengar cerita tentang jari kelingking yang merupakan jari yang paling kecil diantara jari-jari kita yang lain namun jari kelingking itu juga berarti dan memiliki tugasnya tersendiri dalam susunan jari-jari kita. Bayangkan seandainya kita tidak memiliki jari kelingking maka tentunya kita akan merasakan ada yang tidak sempurna pada jari-jari kita walaupun keberadaan jari kelingking yang tidak ada itu merupakan jari yang paling kecil ukurannya dibandingkan dengan jari-jari yang lain.
Saya pernah mendengar cerita tentang satu keluarga yang memiliki tiga orang anak, namun keberadaan ketiga anak ini tidaklah sama, anak yang pertama dan kedua memiliki fisik yang bagus selain wajahya yang cakap, tinggi fisik anak pertama dan kedua ini pun cenderung sempurna dengan fisik badan yang tinggi. Sedang anak yang ketiga memiliki fisik yang tidak sebagus kakak-kakaknya, wajahnya tidak terlalu cakap dan ukuran badannya juga sangat pendek bila dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Kekurangan fisiknya ini yang membuatnya seringkali dihina dan diejek-ejek oleh teman-temannya, bahkan tidak jarang kakak-kakaknya ikut menghina dan mengejek kekurangan fisik adiknya ini. Perlakuan teman-temannya dan kakak-kakaknya yang menghina dan mengejek serta mengkecil-kecil kan dirinya membuat ia minder dan tidak mau bergaul, namun dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh ayah dan ibu nya sedikit demi sedikit membuat anak ini mulai dapat menerima dirinya dan mulai dapat bersyukur dengan keberadaan dirinya. Hingga sampai pada suatu kesempatan, ternyata rumah keluarga ini terbakar hebat, kebakaran ini menghanguskan semua benda yang ada dalam rumah itu, dalam keberadaan panic seluruh anggota keluarga itu segera bergegas lari menyelamatkan diri, sebenarnya sang ayah sudah sempat membawa koper yang berisi surat-surat berharga dan surat-surat penting yang sangat dibutuhkan keluarga ini, namun ketika sampai tepat dimuka pintu masuk rumah itu sebuah balok runtuh dan menghancurkan atap rumah itu, membuat ayah ini terkejut dan berlari tanpa sadar kopernya itu tertinggal tepat dimuka pintu masuk rumah itu. Padahal sebenarnya tanpa surat-surat berharga yang memang selalu mereka kumpulkan dalam satu koper itu, mereka akan sama sekali tidak memiliki apa-apa lagi karena semua surat-surat berharga dan surat-surat penting ada dalam koper yang tidak sempat dibawa itu. Surat-surat berharga dan surat-surat penting itu sangat berarti untuk kelanjutan kehidupan keluarga ini terlebih-lebih secara ekonomi, namun ketika sang ayah ingin kembali dan mencoba mengambil koper yang berisi surat-surat penting dari dalam rumah itu, ternyata api yang membakar rumah itu semakin besar dan meruntuhkan atap rumah itu sehingga sang ayah tidak mungkin lagi masuk kedalam rumah karena sudah tidak ada jalan, begitu juga ketika anak pertama dan kedua dari keluarga ini mencoba masuk dan mengambil koper yang tertinggal dimuka pintu masuk rumah itu, mereka juga tidak bisa masuk karena pintu rumah mereka sudah terhalang balok kayu yang runtuh dan menghalangi pintu masuk itu. Tapi ternyata anak ketiga ini melihat walaupun pintu masuk rumah mereka sudah terhalang balok yang runtuh itu namun masih ada celah kecil yang muat untuk ia masuki, maka dengan cepat anak ketiga ini berlari masuk kedalam rumah dan mengambil koper yang berisi surat-surat penting itu lalu kemudian ia berlari kembali keluar melalui celah pintu yang kecil tadi yang memang sangat kecil dan tidak mungkin untuk dimasuki oleh ayah maupun kedua kakaknya. Akhirnya karena usaha anak ketiga ini yang dapat mengambil koper itu melalui celah pintu yang sangat kecil itu, keluarga ini selamat dari keadaan ekonomi mereka, walaupun rumah mereka hangus terbakar namun berkat surat-surat penting dan surat-surat berharga yang berhasil diselamatkan oleh anak ketiga ini, keluarga mereka dapat melanjutkan hidup mereka dan mendirikan rumah mereka kembali.
Memang cerita ini hanya sekedar cerita belaka, namun ada makna indah yang ada dalam cerita tadi, bagaimana anak ketiga tadi yang telah dianggap kecil dan tidak berarti oleh teman-temannya dan bahkan juga sudah dianggap kecil dan tidak berarti oleh kedua kakaknya, namun berkat usaha dan kekecilan anak ini, ia mampu menyelamatkan kelangsungan hidup seluruh keluarganya, ternyata kekecilan anak ini yang tadinya dihina dan diejek, ternyata juga dapat memiliki arti dan bermakna besar untuk kehidupan keluarga mereka.
Firman Tuhan dalam IKorintus 12:12-31 pun menuliskan tentang peranan bagian yang terkecil pun dalam satu tubuh itu sangat berarti dan bermakna bagi seluruh tubuh. Tidak ada bagian yang tidak memiliki arti atau tidak bermakna dalam tubuh, seberapa kecilpun bagian itu tetap berarti dan memiliki perannya bagi kelangsungan tubuh itu. Bahkan bila ada salah satu bagian tubuh yang tidak berfungsi, walaupun itu bagian yang terkecil, tetap saja seluruh tubuh akan merasakan dampaknya. Dimata Tuhan tidak ada hal yang kecil, semua berarti dan memiliki maknanya sendiri-sendiri. Tuhan tidak menciptakan semuanya sama, Ia menciptakan semua memiliki tugas dan artinya sendiri-sendiri, betapapun kecil atau ada kekurangan dalam diri kita tetap saja kita diciptakan Tuhan dengan memiliki arti sendiri dalam kehidupan ini. Ia tidak menciptakan kita karena iseng, Ia menciptakan kita karena ada tugas yang harus kita lakukan, seberapapun kecil atau adanya kekurangan dalam diri kita, tetap saja Ia telah melengkapi kita untuk tugas yang telah Ia berikan untuk kita sehingga bagaimanapun kecilnya atau kekurangannya kita, kita tetap memiliki arti dari tugas yang telah Ia berikan itu.
Rasul Paulus pun pernah mengatakan pada Timotius dalam surat ITimotius 4:12, “jangan seorangpun mengangap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaan dan dalam kesucianmu”. Saat itu Paulus tahu bahwa Timotius merasa kecil karena ia masih muda, Paulus tahu banyak orang mengkecilkan Timotius karena ia masih muda, namun Paulus mengkuatkan Timotius dengan pesannya dalam ayat 12 tadi, yang mengkuatkan Timotius untuk terus melayani, karena memang bagi Tuhan tidak ada yang kecil dan tidak berarti. Bahkan Paulus mengingatkan Timotius agar menjadi teladan bagi orang-orang percaya walaupun ia masih muda dan dianggap kecil oleh orang-orang lain.
Oleh karena itu teman-teman, seperti hal nya Timotius yang mau terus melayani dan dapat menjadi teladan bagi orang-orang percaya walaupun ia masih muda dan dianggap kecil oleh orang-orang lain, demikian pula kita, bagaimanapun keberadaan kita saat ini, apapun kata-kata atau anggapan dan penilaian orang yang mengkecilkan kita karena keberadaan atau kekurangan kita, janganlah itu membuat kita menjadi lemah, minder dan bahkan menjauh serta menyalahkan Tuhan dan tidak lagi mau bersyukur kepada Tuhan, tapi sebaliknya jadilah teladan bagi orang-orang lain melalui perkataan kita, tingkahlaku kita, kasih kita, kesetiaan kita dan kesucian kita yang kita tunjukan kepada sesama, ingatlah tidak ada satupun yang kecil dan tidak berarti dimata Tuhan. Kita semua diciptakan dengan tugas masing-masing, kitapun diberikan kemampuan untuk menjalankan tugas itu, tidak ada satupun yang tidak bermakna dihadapan Tuhan. Oleh karena itu teman-teman, marilah kita terus dan selalu bersyukur bagaimanapun keberadaan kita, karena bagiNya setiap kita berharga dan berarti dihadapanNya.
Amin.

Rabu, 16 September 2009

Kasih dalam penderitaan

Kalau kita diberikan pilihan tentunya kita semua tidak ada yang mau memilih hidup menderita, sakit, kekurangan uang, keluarganya bermasalah dan hal-hal lain yang dapat membuat kita sedih, kecewa, putus asa dan hidup dalam penderitaan. Kalau boleh memilih saya yakin kita semua pasti akan memilih hidup senang, selalu sehat, banyak uang, keluarga damai dan hidup selalu senang, bahagia dan damai. Sayapun demikian, tentunya saya memilih hidup dengan kondisi sehat daripada dengan kondisi seperti saat ini. Tapi Tuhan sudah menentukan setiap jalan kehidupan kita, dan kita yakin setiap jalan yang telah Dia siapkan adalah jalan yang terbaik buat kita karena kita yakin akan kebaikan dan kasihNya bagi kita Anak-AnakNya. Namun seperti kita ketahui juga dalam setiap kehidupan kita, tidak mungkin kita akan selalu menemui tawa, senang, sehat dan jalan yang rata dalam setiap waktu kehidupan kita, kita pasti juga akan menemukan kesedihan, kekecewaan, sakit dan penderitaan dalam suatu waktu kehidupan kita. Permasalahannya sekarang adalah, bagaimana atau apa yang harus kita lakukan dan bagaimana sikap kita ketika kita menjumpai waktu penderitaan, sakit, kekecewaan, kesedihan atau duka dalam kehidupan kita??
Ada beberapa orang yang mau menjadi Kristen karena menurut dia orang Kristen itu pasti hidupnya selalu senang, banyak uang, sehat dan penuh tawa. Orang yang seperti ini ketika suatu waktu dia mendapati harus menemukan kegagalan, kekecewaan, sakit, atau penderitaan dalam hidupnya, maka dengan cepat ia akan bersungut-sungut, mencaci Tuhan, menyalahkan Tuhan, protes dan bahkan memilih berpaling dari Yesus. Bahkan mungkin saja hal berikutnya yang orang ini katakan adalah Yesus itu pembohong, “katanya Dia itu Tuhan yang baik, penuh kasih, tapi mengapa masih ada penderitaan, kekecewaan, duka, sakit, ataupun kesedihan yang harus dirasakan manusia??”. Terlebih lagi ketika orang ini sudah merasa menjadi AnakNya maka sungut-sungut dan protes atau menyalahkan Tuhan nya pasti akan lebih hebat lagi, orang ini mungkin akan mengatakan “bagaimana mungkin Yesus yang katanya adalah Bapa yang baik dan penuh kasih memberikan kesedihan, penderitaan, kegagalan, sakit ataupun duka kepada Anak-AnakNya??”. Teman-teman, berkeluh kesah ketika kita mengalami kesedihan, kekecewaan, sakit, duka ataupun penderitaan, mungkin sebagai manusia kita masih dapat memahami dan menganggapnya wajar, tapi menjadi tidak wajar ketika kita sedang mengalami kesedihan, kekecewaan, sakit ataupun penderitaan itu kita menghadapinya dan menyikapinya dengan selalu terus-terusan berkeluh kesah bahkan ditambahkan dengan mencaci Tuhan, memprotes dan menyalahkan Tuhan.
Penderitaan, kekecewaan, sakit atau duka dalam kehidupan kita adalah hal yang wajar kita hadapi, bukan berarti menjadi orang Kristen atau pengikut Yesus berarti menjadikan kita orang yang tidak akan pernah mengalami penderitaan, kekecewaan, sakit dalam setiap waktu kehidupan kita, namun saya juga tidak mengatakan sebagai orang Kristen kita harus selalu hidup dalam penderitaan, sakit atau kekecewaan. Sebagai orang Kristen pun kita pasti menghadapi penderitaan, sakit ataupun kekecewaan dalam suatu waktu kehidupan kita, demikian juga sebaliknya sebagai orang Kristen kita pun pasti akan menjumpai kesenangan, kebahagiaan, sehat ataupun kegembiraan dalam kehidupan kita. Harusnya bukan mengapa kita mengalami penderitaan, sakit ataupun kekecewaan yang menjadi fokus kita, tapi harusnya kita berfokus pada bagaimana dan apa sikap kita dalam menghadapi penderitaan, sakit ataupun kesedihan itu.
Kadang-kadang banyak orang yang dalam menghadapi masalah-masalah penderitaan, sakit ataupun kekecewaan seperti itu akan membuat dia pesimis, mencoba mengatasinya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri dan melupakan Tuhan. Hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk menjadi orang Kristen yang kuat, yang mampu menghadapi masalah-masalah penderitaan, sakit ataupun kekecewaan itu dengan optimis, dengan yakin akan pertolongan Tuhan dan tetap dapat melihat kasihNya yang begitu besar kepada kita walaupun ditengah kita sedang mengalami penderitaan, sakit ataupun kesedihan dalam kehidupan kita.
Untuk mencoba menjawab pertanyaan orang yang sering ditanyakan seperti tadi, “mengapa Tuhan yang katanya baik dan penuh kasih tapi Dia juga memberikan atau mengijinkan penderitaan, sakit dan kekecewaan untuk kita alami??”. Untuk itu saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat firman Tuhan dari IPetrus 1:6-7 “bergembiralah akan hal itu sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian iman mu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kamu memperoleh pujian-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari dimana Yesus Kristus menyatakan diriNya”.
Jadi sangat mungkin Yesus yang adalah Bapa yang baik dan penuh kasih mengijinkan kita sebagai Anak-AnakNya untuk menghadapi penderitaan, sakit dan kekecewaan dalam kehidupan kita. Mungkin sekali Dia ingin membentuk kita melalui penderitaan, sakit ataupun kekecewaan yang harus kita hadapi, seperti hal nya emas ataupun perak yang harus dilebur oleh api untuk bisa dibentuk menjadi sebuah perhiasan yang indah dan memiliki nilai yang tinggi, demikian juga Dia sebagai Bapa ingin membentuk kita sebagai Anak-anakNya untuk dapat menjadi lebih sempurna dan mulia dimata Bapa, walaupun mungkin pembentukannya itu melalui penderitaan, sakit ataupun kesedihan yang harus kita alami.
Namun satu hal yang mesti kita ingat, pegang dan yakini, walaupun memang mungkin Tuhan mengijinkan kita suatu waktu mengalami penderitaan, sakit ataupun kesedihan yang ditujukan untuk membentuk kita menjadi sesuatu yang lebih sempurna dan berharga dimata Tuhan, namun kita juga tidak perlu takut dan kuatir dalam menghadapi penderitaan, sakit ataupun kekecewaan yang datang itu karena IKorintus 10:13 mengatakan “pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu di cobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggung nya”.
Oleh karena itu teman-teman, marilah mulai dari sekarang kita tidak perlu takut dan kuatir akan hidup kita, kita mungkin akan menemukan jalan yang tidak rata, hidup yang mengalami penderitaan, sakit ataupun kekecewaan, Namun sebagai orang Kristen yang menjadi Anak Tuhan kita harus yakin dan percaya bahwa Dia tidak akan memberikan pencobaan-pencobaan yang melebihi kemampuan kita, dan dalam saat-saat kita menghadapi kehidupan yang menderita, sakit ataupun sedih, kita tidak akan dilepaskan oleh kasih Tuhan, Ia akan menolong kita menghadapi penderitaan itu, Ia akan menyertai dan mengendong kita ketika kita lemah dan merasakan tidak mampu lagi berjalan.
Oleh karena itu pula teman-teman, marilah mulai sekarang kita tetap bisa bersyukur ketika kita mengalami penderitaan, sakit ataupun kesedihan dalam hidup ini, kita bukan bersyukur karena kita sakit atau menderita, tapi kita bersyukur karena selain melaui penderitaan, sakit ataupun kesedihan itu kuasa kasih penyertaan Yesus semakin nyata dan Nampak dalam kehidupan kita, selain itu juga melalui penderitaan, sakit maupun kekecewaan yang kita alami, sebagai AnakNya itu berati Tuhan yang adalah Bapa kita tidak membiarkan kita begitu saja, tapi Ia mau membentuk kita dan menjadikan kita lebih indah, sempurna dan lebih berharga dimata Tuhan.
Akhirnya teman-teman, marilah melaui perenungan kita ini kita belajar untuk dapat bertekun dalam iman bagaimanapun keadaan hidup yang kita sedang hadapi. Marilah kita belajar untuk tetap dapat melihat kebaikan dan kasih Tuhan walaupun dalam penderitaan, sakit ataupun kesedihan yang sedang kita alami. Marilah kita hidup bukan dengan pesimis karena masalah-masalah, penderitaan, sakit ataupun kesedihan yang sedang kita alami, melainkan marilah kita hidup dalam optimis karena kita yakin dan percaya Dia tidak akan memberikan pencobaan-pencobaan yang melebihi kemampuan kita. Dan kitapun yakin dan percaya ditengah penderitaan, sakit maupun kekecewaan ini kuasa dan kasih serta pertolongan Tuhan selalu ada dan tersedia untuk kita Anak-AnakNya.
Amin.

Minggu, 13 September 2009

Tidak dianggap (Lukas 19:1-10)

Saya yakin banyak diantara teman-teman yang telah mengetahui atau mungkin telah sering kali mendengarkan khotbah tentang perikop zakheus ini, memang perikop ini cukup popular dan sering di khotbahkan, bahkan ketika kita masih di sekolah minggu pun perikop tentang zakheus ini sudah sering kita dengar diceritakan oleh kakak-kakak sekolah minggu kita.
Saya ingat ada seorang pendeta yang menceritakan pengalamannya ketika ia membahas perikop zakheus ini dalam khotbanya didepan remaja-remaja dalam kebaktian komisi remaja disalah satu gereja. Seperti biasa ketika memulai membahas perikop ini pendeta menyuruh para remaja itu untuk membacanya sendiri-sendiri dan kemudian mencari tahu menurut mereka apa yang menarik dari perikop zakheus ini dan mengapa bagian itu menarik untuk mereka. Setelah selesai waktu yang diberikan pendeta ini untuk para remaja itu membaca sendiri-sendiri, kini pendeta ini mulai menanyakan satu persatu apa yang didapatkan oleh remaja-remaja ini, seperti dugaan pendeta ini, memang perikop ini sudah cukup popular dan sering di khotbahkan sehingga ketika remaja-remaja ini diminta menjelaskan apa yang menarik bagi mereka dalam perikop ini, sebagian besar dari remaja ini menjelaskan dengan sama yaitu yang menarik bagi mereka adalah bagaimana usaha zakheus untuk bertemu Yesus, sebagian lagi menganggap bagian dimana yesus mau datang dan makan bersama-sama dengan zakheus dirumahnya menjadi bagian yang penting untuk mereka karena dari bagian itu mereka melihat bagaimana kasih Yesus yang mau mengasihi semua orang termasuk orang-orang berdosa.
Sampai disini pendeta ini masih belum menemukan suatu pengalaman yang baru, tapi ketika pendeta ini sampai pada salah seorang remaja, ketika remaja inipun ditanya apa yang menarik baginya dari perikop zakheus ini dan mengapa. Remaja ini menjawab hal yang menarik bagi dia dalam perikop ini adalah pohon yang dinaiki zakheus agar zakheus bisa melihat Yesus. Pendeta ini sempat bingung dengan jawaban remaja ini, awalnya pendeta ini menyangka remaja ini hanya becanda dan membuat joke agar teman-temannya tertawa, tapi setelah pendeta ini menanyakan mengapa bagi remaja ini bagian pohon yang dinaiki zakheus ini menjadi penting untuknya, pendeta ini melihat wajah serius dari remaja ini yang menunjukan bahwa jawaban dia tadi itu bukan becanda tapi jawaban yang serius. Remaja ini menjawab, bagian pohon yang dinaiki zakheus ini menjadi penting baginya karena ia melihat sebenarnya peran pohon ini cukup besar dalam upaya zakheus bertemu Yesus yang kemudian membuat Yesus mau datang dan makan bersama-sama zakheus dirumahnya, memang sih pohon ini hanya sebagai salah satu alat yang dipakai Yesus untuk menunjukan kasihNya, bisa saja memang Yesus memakai pagar atau pohon-pohon yang lain yang ada ditempat itu, tapi kan yang akhirnya dipakai Yesus sebagai alat agar zakheus dapat melihat Yesus kan pohon yang dinaiki zakheus ini, tapi coba teman-teman lihat dan perhatikan berapa banyak ayat dalam perikop itu yang menjelaskan tentang pohon itu, hanya satu ayat (ayat 4) dan itupun hanya kalimat singkat yang menuliskan bahwa zakheus menaiki pohon ara itu untuk melihat Yesus, tidak dijelaskan dan digambarkan lebih jauh tentang pohon itu, bagaimana bentuk pohon itu, berapa tingginya, lebat atau tidak pohonnya, semuanya tidak dijelaskan dan digambarkan sama sekali, hanya ditulis pohon ara, bahkan setelah itu seolah-olah semua orang berlalu begitu saja tanpa mengingat kembali peran dan jasa pohon ara itu, padahal kalau kita mau melihat ternyata peran pohon itupun cukup besar untuk membawa pertobatan zakheus dan membuat Yesus dapat menunjukan kasihNya yang begitu besar bagi semua orang termasuk orang-orang berdosa.
Memang cerita pengalaman pendeta tadi hanya sekedar cerita pengalaman menarik belaka, tapi saya melihat ada satu makna yang terkandung dalam perkataan remaja tadi.
Kadang-kadang ketika kita menolong atau membantu orang lain ada sedikit sisi manusiawi kita yang ingin dihargai dan diberi sedikit penghormatan, baik oleh orang-orang lain maupun terutama oleh orang yang kita bantu atau kita tolong itu, memang sih sebagai orang Kristen kita seharusnya tidak mengharapkan atau menuntut ucapan terimakasih dari manusia, tapi sebagai manusia kadang-kadang sisi manusiawi kita muncul dan mengharapkan rasa penghargaan dari orang lain atau terutama dari orang yang kita tolong. Ketika kita tidak mendapatkan rasa penghargaan itu dari orang yang kita bantu tadi, atau orang yang kita tolong tadi mengabaikan kebaikan kita, maka kecenderungan timbul sifat manusiawi kita yang lain yaitu rasa sakit hati dan merasa orang yang kita bantu atau tolong tadi merupakan orang yang tidak tahu berterimakasih sehingga kita akan menolak atau tidak ingin lagi membantu atau menolong orang itu dikemudian hari bahkan kita juga tidak mau lagi memperhatikan atau bergaul dengan orang itu.
Begitu juga hal nya dengan pelayanan, saya sering mendengar ada aktifis gereja yang mundur dari pelayanannya karena ia sakit hati atau kecewa terhadap teman-teman sepelayanannya karena ia merasa pelayanan yang ia lakukan tidak dihargai, tidak dianggap oleh orang lain atau teman-teman sepelayanannya. Memang sih sebagai orang Kristen, ketika kita melayani seharusnya kita tidak melihat dan mencari pujian dari manusia, kita melayani semata-mata merupakan ucapan syukur kita atas begitu banyak kasih dan kebaikan yang telah dan selalu Yesus berikan kepada kita. Tapi kadang-kadang tidak jarang sering juga timbul sifat manusiawi kita dalam pelayanan yang kita lakukan, kita ingin pelayanan yang kita lakukan dipuji dan dihargai oleh orang lain terutama oleh teman-teman sepelayanan kita, sehingga ketika kita tidak menemukan atau mendapati pujian atau penghargaan dari pelayanan yang kita lakukan atau kita merasakan seolah-olah pelayanan yang kita lakukan tidak dianggap oleh orang lain ataupun teman-teman sepelayanan kita maka kita pun langsung kecewa dan sakit hati lalu kemudian mundur dari pelayanan kita. Persoalan-persoalan seperti diatas tadi yang sering saya temui ketika saya berbicara dengan teman-teman saya. Memang sebagai manusia cukup sulit untuk kita dapat melapaskan diri dari sifat-sifat manusiawi kedagingan kita yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, kita lebih sering mencari pujian atau pengharaan dari orang lain agar kita terlihat hebat atau terlihat lebih baik dari orang lain. Kita menolong, membantu orang lain agar kita dikatakan orang yang murah hati, baik dan suka menolong. Keinginan-keinginan daging tersebut yang membuat kita pada akhirnya tidak dapat melakukan pelayanan ataupun membantu dan menolong orang lain dengan motivasi yang benar yang sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu sebagai bentuk ucapan syukur kita atas segala kebaikan dan kasih yang selalu Tuhan berikan kepada kita. Memang tidak gampang untuk kita menjadi murid-muridNya yang melakukan seturut dengan kehendak Tuhan, tapi marilah mulai saat ini saya ingin mengajak teman-teman agar kita semua dapat sama-sama belajar dari pemahaman remaja tadi akan pohon yang dinaiki zakheus tadi yang walaupun memiliki peran yang cukup besar dalam proses terjadinya perjumpaan antara Yesus dengan zakheus yang pada akhirnya menunjukan kepada kita bagaimana kasih Yesus yang begitu besar kepada semua orang termasuk orang-orang berdosa, tapi kemudian peran pohon itu dilupakan begitu saja dan tidak lagi dianggap memiliki arti. Mungkin memang pohon itu mahluk hidup yang tidak dapat protes ataupun berteriak-teriak ketika ia merasa diabaikan atau tidak dianggap setelah peran yang ia lakukan begitu besar, sedangkan kita sebagai manusia memiliki hati, pikiran dan mulut yang dapat protes ataupun berteriak-teriak ketika kita merasa hal-hal atau peranan jasa yang kita telah lakukan diabaikan atau tidak dianggap oleh orang-orang lain, tapi satu hal yang saya ingin katakan, marilah kita belajar untuk memurnikan motivasi dari tindakan atau pelayanan atau hal-hal yang kita lakukan, biarlah kita dapat menjadi alatNya yang melakukan apapun juga semata-mata sebagai bentuk ucapan syukur kita atas segala kasih dan kebaikanNya yang telah dan selalu Ia berikan dalam kehidupan kita, sehingga dengan demikian walaupun tindakan, pelayanan ataupun hal-hal yang telah kita lakukan itu tidak mendapat perhatian ataupun penghargaan ataupun malah diabaikan dan tidak dianggap oleh orang lain, kita tidak akan mundur, kecewa ataupun sakit hati karena kita sudah dapat menempatkan diri kita sebagai alatNya yang menyerahkan segala tindakan, pelayanan atau hal-hal yang kita lakukan itu semuanya untuk kemuliaanNya.
Amin.

Kamis, 10 September 2009

Jangan berhenti berdoa dan berharap kepada Tuhan

Apakah teman-teman pernah merasakan kekecewaan karena kita merasa Tuhan tidak menjawab doa kita, atau bahkan teman-teman pernah merasakan semakin kita berdoa kepada Tuhan semakin hidup kita dan masalah-maalah hidup kita semakin seperti benang kusut dan semakin membuat kita bingung dan kuatir?? Kalau teman-teman pernah mengalami dalam keadaan seperti itu, apa yang pertama terlintas dalam pikiran kita?? Saya pun pernah mengalami keadaan seperti itu, semakin saya berdoa dan meminta kepada Tuhan, semakin saya merasa masalah-masalah yang dating semakin banyak dan semakin membuat hidup saya seperti benang kusut. Dan pikiran pertama yang terlintas dalam otak saya, dan mungkin juga pikiran pertama yang terlintas dalam pikiran teman-teman dalam keadaan seperti itu, adalah “Tuhan sudah tidak sayang lagi kepada saya”. Itu pikiran pertama yang terlintas dalam pemikiran saya, kemudian kita mulai membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain, kita katakana kepada Tuhan, “Tuhan tidak adil, kenapa si A yang kita tahu selalu berbuat jahat bahkan pekerjaannya sehari-hari melakukan tindakan criminal untuk mencari uang nya, kok masih saja dipelihara dan diberikan kehidupan bahkan bisa berfoya-foya menikmati hidup. Atau kita melihat si B yang hidup nya selalu berjudi, kok dia bisa kaya dan memiliki uang yang banyak dan keluarganya baik-baik saja. Tuhan tidak adil, apakah saya lebih jahat dari si A atau saya lebih jahat dari si B sehingga Tuhan tidak mendengar doa saya dan malah masalah-masalah kehidupan saya semakin rumit seperti benang kusut??”. Kita mulai menyalah-nyalahkan Allah, kemudian kita mulai ngambek dan marah pada Tuhan dan kita mulai berhenti berdoa dan berhenti berharap kepadaNya.
Untuk masalah pemikiran kita akan Tuhan yang tidak adil tadi, saya ingat ada salah satu hamba Tuhan yang menjawab masalah tadi seperti ini, “ada dua hal untuk menjawabnya, yang pertama, kita tidak bisa memerintah dan menyuruh-nyuruh Tuhan untuk menghukum si A atau si B karena penilaian kita, kita juga tidak bisa mengatur Tuhan apa-apa saja yang mau atau yang tidak mau Dia berikan kepada seseorang, itu mutlak hak Tuhan. Yang kedua, mungkin kita terlalu sering menonton sinetron-sinetron yang katanya sinetron agama, dimana setiap orang yang berbuat jahat atau salah langsung dihukum, mendapat kecelakaan, kesialan dan sebagainya sedangkan orang yang baik atau tokoh utamanya selalu langsung mendapatkan hal-hal indah yang dia minta. Ini sinetron agama yang tidak benar, kita harus yakin bahwa Tuhan itu hakim yang adil, kita tidak dapat hanya melihat kehidupan seseorang atau kehidupan kita hanya pada saat sekarang atau ketika kita hidup, kehidupan kita tidak berhenti atau sudah titik pada saat kita meninggal, itu hanya baru koma dalam kehidupan kita, setelah itu kita yakin bahwa ada kehidupan kekal, dan ada penghakiman yang adil. Kita tidak bisa mengatakan bahwa orang yang jahat yang memiliki uang banyak dan hidupnya selalu senang sampai ia meninggal berarti Tuhan tidak adil karena tidak menghukum dia seperti keinginan kita. Atau seseorang yang selalu berbuat baik sampai ia meninggal hidupnya tetap miskin dan keluarganya ada masalah, apakah kita langsung bilang Tuhan tidak adil?? Ingat semuanya itu adalah mutlak hak Tuhan dan juga yang berhak menghakimi dan menghukum adalah Dia”.
Kembali ketema awal “jangan berhenti berdoa dan berharap kepada Tuhan”, saya ada satu cerita. Ada sebuah kereta api dengan beberapa gerbong mengalami kecelakaan, kereta api ini terguling dan salah satu gerbong yang ternyata mengangkut racun terbalik dan terbakar. Warga sekitar yang dekat dengan lokasi kecelakaan kereta itu mulai panic, mereka takut terkena dampak karena racun yang tumpah dan terbakar itu, mereka mulai merasakan sesak nafas dan anak-anak kecil banyak yang gatal-gatal alergi karena udara yang ada terkontaminasi oleh racun itu. Karena warga desa ini tergolong warga desa yang religious, mereka kompak mengadakan doa untuk memohon kepada Tuhan agar desa mereka terbebas dari sakit penyakit yang mungkin timbul akibat racun yang terbakar tadi. Setelah selesai mereka berdoa, mereka mendapati keadaan desa mereka bukan semakin baik tapi malah semakin mengkwatirkan, banyak anakanak yang mulai muntah-muntah karena udara yang mereka hirup telah tercemar racun itu. Tapi lagi-lagi karena warga desa ini tergolong religious, mereka terus melakukan doa dan memohon pertolongan Tuhan. Sementara itu mereka tidak sadar bahwa ternyata racun dari kereta yang terbalik tadi ternyata racunnya terserap tanah dan mengalir ke sungai besar yang berada dekat lokasi kecelakaan itu, sungai besar itu adalah salah satu sumber matapencarian penduduk desa itu yang mengantungkan dirinya dari hasil ikan yang mereka tangkap dari sungai itu. Mereka tidak sadar hal itu sampai dua hari kemudian mereka mendapati ikan-ikan di sungai itu mati karena sungainya telah tercemar racun, mereka tidak bisa lagi mencari ikan dari sungai itu. Apalagi para peneliti yang datang ke desa itu mengatakan bahwa sungai di desa itu telah tercemar racun, semua mahluk hidup di sungai itu mati dan sungai itu baru bisa pulih dan ikan-ikan baru bisa berkembang disana setelah waktu yang cukup lama, bertahun-tahun. Mereka mulai panic dan mulai bimbang, tapi mereka masih tetap bisa berdoa dan berharap Tuhan menolong mereka. Mereka terus berharap pertolongan Tuhan sampai ketika besok harinya hujan deras turun dari pagi sampai sore hari, hujan deras itu menyebabkan sungai itu meluap dan membanjiri desa mereka. Kali ini warga desa yang religious ini mulai bersungut-sungut, mereka marah dengan tuhan, mereka kecewa sehingga ketika satu orang pemuda mengajak warga desa itu untuk kembali berdoa dan memohon pertolongan Tuhan, warga desa itu kompak menolak, mereka marah dan merasa tuhan sudah tidak sayang lagi dengan desa itu, mereka marah karena persoalan yang mereka alami bukannya mendapatkan jalan keluar tapi malah masalah yang mereka alami semakin rumit seperti benang kusut. Warga desa itu kecewa dan tidak mau lagi berdoa dan berharap pada Tuhan, mereka marah kepada Tuhan sehingga kini mereka tidak lagi mau berdoa dan mulai mengandalkan kemampuannya sendiri, sehingga kondisi perekonomian desa itu semakin mengkwatirkan, semakin banyak warga desa yang kalaparan karena segala usaha mereka gagal total. Tapi tanpa sepengatahuan warga desa itu, si pemuda tadi yang mengajak warga untuk membali berdoa tetapi ditolak oleh warga desa itu, tetap terus berdoa dan memohon pertolongan Tuhan dan tidak berhenti berharap, setiap hari ia berdoa dan pergi ke sungai itu untuk tetap mencoba mencari ikan dari sungai itu. Satu hari, dua hari sampai satu minggu kegiatan pemuda ini tanpaknya sia-sia, sepertinya Tuhan tidak mendengarkan doanya, sampai beberapa hari dalam minggu itu, pemuda ini mendapatkan ikan-ikan yang masih agak kecil, melihat ikan yang ia dapat masih agak kecil maka ia melepaskan lagi ikan-ikan itu, hingga seminggu kemudian ketika pemuda ini kembali ke sungai itu dan hendak mencari ikan, ternyata ia mendapatkan ikan yang banyak dan besar-besar, ia kemudia berlari menemui warga desanya dan menceritakan bahwa ia baru saja mendapatkan ikan yang banyak dan besar-besar dari sungai itu. Melihat itu seluruh warga pergi dan mencari ikan di sungai itu, mereka mendapatkan ikan yang banyak dan besar-besar. Setelah melakukan penelitian, para peneliti yang memperkirakan sungai itu baru bisa pulih dalam waktu bertahun-tahun, mengatakan ternyata hujan yang deras yang mengakibatkan sungai itu meluap dan membanjiri desa mereka beberapa minggu yang lalu telah membuat racun-racun yang mencemari sungai itu ikut hanyut terbawa banjir dan lumpur-lumpur yang lama juga hanyut oleh banjir itu dan mengakibatkan lumpur-lumpur yang baru dan mengandung banyak humus membuat ikan-ikan kecil yang selamat dari racun dan banjir itu mendapat makanan yang baik dan membuat ikan-ikan itu cepat tumbuh dan berkembang biak.
Apa yang bisa kita ambil dari cerita tadi?? Ternyata sebagai manusia kita begitu cepat berpikiran buruk kepada Tuhan dan menganggap Dia tidak sayang dan perduli lagi kepada kita bila doa-doa kita tidak dijawabnya dengan segera. Kita mau setiap masalah yang kita bawa dalam doa harus segera secara instan dijawab dan diselesaikan oleh Tuhan, bahkan kita mau setelah kita mengucapkan amin dalam doa kita maka semua masalah yang kita bawa dalam doa kita sudah langsung selesai. Kita sering kali mengatur Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita sesuai dengan keinginan kita serta waktu yang kita ingini juga. Bahkan kalau Tuhan tidak mengabulkan dan memenuhi doa kita sesuai keinginan kita, kita langsung marah pada Tuhan, kita langsung berhenti berdoa dan berharap pada Tuhan dan mengatakan Tuhan tidak adil dan tidak sayang lagi pada kita. Kita lupa bahwa kadang-kadang jalan dan rencana Tuhan tidaklah selalu sesuai dengan jalan atau rencana yang kita inginkan. Tapi satu yang pasti, jalan dan rencana yang Ia siapkan untuk Anak-AnakNya adalah jalan dan rencana yang terbaik untuk kita. Ia selalu mengasihi dan sayang kepada Anak-AnakNya, Dia ingin yang terbaik untuk kita Anak-AnakNya, maka tugas kita sebagai AnakNya adalah selalu berdoa dan jangan pernah berhenti berharap pada Tuhan, karena hanya Dia Bapa kita yang baik yang selalu tahu yang terbaik untuk kita dan selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
Amin.

Senin, 07 September 2009

Bersyukur?? (II Samuel 12:1-25).

Mungkin teman-teman akan sedikit heran melihat judul yang saya pakai “bersyukur” tapi diikuti oleh tanda Tanya. Sekilas kita melihat ada keraguan karena tanda Tanya yang mengikuti judul “bersyukur” ini. Kalau teman-teman mau membaca perikop bacaan Alkitab kita yang ada diatas (IISamuel 12:1-25),teman-teman mungkin akan menemukan jawaban awal mengapa saya memakai tanda Tanya dalam judul itu.
Bagaimana, teman-teman sudah menemukan jawaban awal mengapa ada tanda Tanya dalam judul kita?? Ya, itu karena bagi sebagian orang mungkin judul kita ini tidak atau kurang sesuai dengan perikop Alkitab yang kita baca tadi, bagaimana mungkin tema bersyukur tapi bacaan Alkitab yang diangkat adalah tentang peristiwa raja Daud yang kehilangan anaknya karena anaknya itu meninggal. Bagaimana mungkin tema bersyukur disangkut pautkan dengan perikop kedukaan. Apalagi kalau saya tambahkan bahwa melalui tema kita hari ini, kita ingin sedikit belajar dari raja Daud tentang bersyukur ketika anaknya meninggal, mungkin sebagian dari kita segera berpikir jangan-jangan Sonny salah menafsirkan perikop Alkitab ini, atau bagaimana mungkin raja Daud bersyukur saat anaknya meninggal, apa mungkin Daud bersyukur karena anak dari batsyeba yang merupakan anak dari hasil dosa Daud merebut batsyeba dari uria telah meninggal?? Bukan itu yang ingin saya bagikan, saya ingin mengajak teman-teman bersyukur karena jawaban Tuhan.
Kalau teman-teman membaca perikop Alkitab kita hari ini, tentunya teman-teman akan melihat bagaimana sayangnya Daud akan anaknya itu sehingga ketika ia melihat anaknya itu sakit dikarenakan hukuman Tuhan atas dosa Daud (ayat 14), dia melakukan berbagai upaya untuk memohonkan kesembuhan untuk anaknya itu, Daud berdoa, berpuasa (ayat 16-17). Tapi ketika Tuhan seolah-olah menjawab “tidak” akan permohonan Daud itu sehingga anaknya itu tetap meninggal, kita melihat bagaimana reaksi daud menyikapi jawaban Tuhan itu, Daud tidak marah dengan jawaban Tuhan, dia juga tidak larut oleh kesedihannya, sebaliknya Daud malah bergegas mandi, bertukar pakaian, pergi kerumah Tuhan, sujud menyembah disana kemudian ia pun makan (ayat 20). Tindakan ini yang dapat kita artikan bagaimana Daud tetap dapat bersyukur ketika ia mendapatkan jawaban “tidak” atas permohonannya itu, Daud pergi kerumah Tuhan dan menyembah.
Ini yang ingin saya bagikan kepada teman-teman pada hari ini, bagaimana kita tetap bisa bersyukur ketika jawaban Tuhan ternyata adalah “tidak” akan permohonan kita dalam doa-doa kita kepadaNya. Kita tahu bukan hanya satu “iya” saja jawaban Tuhan akan doa-doa permohonan kita, Tuhan bisa saja menjawab “tidak” atau “tunggu” akan doa-doa permohonan kita itu, namun sayangnya seringkali kita tidak peka atau tidak mau mendengar jawaban Tuhan selain “iya”, kita seringkali merasa kalau jawaban Tuhan itu “tidak’ atau “tunggu’ maka itu bukanlah suatu jawaban, kita lalu menganggap Tuhan tidak menjawab doa kita. Ini yang sering terjadi, kita seringkali berdoa seolah-olah meminta kepada Tuhan tapi kenyataannya kita bukan meminta melainkan memaksa atau mengatur Tuhan, kita mau semua jawaban Tuhan terhadap doa-doa kita adalah “iya” dan tidak boleh yang lain. Bila Tuhan menjawab “iya” akan doa-doa kita maka mudah bagi kita untuk bersujud dan bersyukur, tapi sebaliknya bila jawaban Tuhan adalah “tidak” atau “tunggu” atas doa-doa kita maka jangankan untuk bersyukur, kita lebih sering marah kepada Tuhan dan merasa Dia tidak menjawab doa-doa kita. Ini lah yang saya mau bagikan kepada teman-teman, kiranya kita bisa sedikit belajar dari Daud bagaimana kita tetap bisa dan tetap mau bersyukur atas semua jawaban Tuhan sekalipun jawabanNya itu “tidak” atau “tunggu”.
Ini yang saya bisa pelajari atau dapatkan ketika saya merenungi perikop bacaan kita ini saat saya sedang tertekan dan merasakan Tuhan seolah-olah tidak menjawab doa saya, mungkin teman-teman sudah tahu kondisi fisik saya yang harus menggunakan kursi roda karena kecelakaan motor yang saya alami tahun 1998 lalu, tahun-tahun pertama saya mengalami kecelakaan ini dan mendapati kondisi saya yang tidak bisa berjalan dan harus menggunakan kursi roda pastilah membuat saya tertekan dan stress, saya hanya bisa berdoa dan terus berdoa untuk memohon kesembuhan saya ini, seringkali ketika saya berdoa tetapi masih saja mendapati kondisi saya yang belum sembuh dan masih harus menggunakan kursi roda membuat saya frustasi dan merasa Tuhan seolah-olah tidak menjawab doa-doa saya. Sampai pada suatu saat saya mendapati perikop dan merenungi perikop ini, saya merasa malu dan merasa kurang peka terhadap jawaban Tuhan, saya merasa malu karena mungkin selama ini dalam doa-doa permohonan saya itu ternyata saya bukan hanya sekedar meminta tapi lebih sering bertindak sebagai orang yang mau mengatur dan memaksakan keinginan dan kehendak saya pada Tuhan. Saya juga belajar dari rasul Paulus bagaimana Paulus bisa tetap bersyukur dan tetap melayani Tuhan walaupun ketika Paulus sakit dan ia minta kesembuhan pada Tuhan tetapi jawabanan Tuhan ternyata “tidak”. “tetapi jawab Tuhan kepada ku, cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanmulah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah dalam kelemahanku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”(II Korintus 12:9).
Saya mencoba belajar dari raja Daud dan rasul Paulus yang tidak marah kepada Tuhan walaupun jawaban Tuhan adalah “tidak”. Saya tahu memang tidak mudah bagi kita untuk belajar untuk tetap mengucap syukur ketika jawaban Tuhan adalah “tidak” atas doa-doa kita, ego kita begitu besar sehingga bagi kita segala yang kita minta dalam doa kita itu kita anggap adalah selalu yang terbaik untuk kita sehingga kita selalu mau Tuhan harus menjawab “iya” dalam setiap doa-doa dan permohonan kita, kita lupa ternyata apa yang terbaik menurut kita tidak selamanya adalah yang terbaik menurut Tuhan. Tetapi satu yang pasti, apapun juga jawaban Tuhan, entah “iya”, “tidak” atau “tunggu”, yakinlah itu semua adalah jawaban yang terbaik dari Tuhan untuk kita sebagai Anak-AnakNya, Tuhan tidak akan pernah memberikan yang buruk kepada Anak-AnakNya, dan setiap jawabanNya itu pastilah memiliki rencana yang indah dan yang terbaik untuk hidup kita.
Ini yang saya dapatkan dan pelajari dari renungan saya atas peristiwa kematian anak Daud dari bacaan kita hari ini, sekaligus pelajaran yang bisa saya dapatkan dari rasul Paulus, yaitu bagaimana mereka tetap bersyukur walaupun mereka mendapatkan jawaban “tidak” dari permohonan doa mereka kepada Tuhan. Mulai saat itu saya terus mencoba belajar untuk tetap selalu bersyukur atas semua jawaban Tuhan, itu yang dapat membuat saya terus bersyukur dan melayaniNya hingga saat ini walaupun kondisi fisik saya sampai saat ini masih tetap harus menggunakan kursi roda. Saya bersyukur bukan karena saya tidak sembuh atau terus memakai kursi roda sehingga orang memperhatikan saya, bukan itu yang membuat saya bersyukur, tapi saya bersyukur karena walaupun jawaban Tuhan adalah “tidak” atau “tunggu” atas doa permohonan saya ini, tapi saya yakin Tuhan mempunyai rencana dan maksud yang indah dalam hidup saya melalui jawabanNya itu. Saya yakin sebagai AnakNya, Dia tidak akan meninggalkan saya walaupun Dia menjawab “tidak” atau “tunggu” atas doa permohonan saya ini.
Ini yang saya ingin bagikan dan mengajak teman-teman untuk kita bersama-sama belajar selalu mengucap syukur atas semua jawaban Tuhan akan doa-doa permohonan kita. Jangan kita marah kepada Tuhan dan mengatur atau memaksakan kehendak kita dalam doa-doa permohonan kita, Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Satu yang harus kita yakini, apapun jawaban Tuhan atas doa-doa permohonan kita, Dia tidak akan meninggalkan kita Anak-AnakNya dan Dia memiliki rencana yang indah dalam setiap kehidupan kita. Marilah kita selalu bersyukur.
Amin

Sabtu, 05 September 2009

Talenta

Berbicara tentang talenta, tentu yang terlintas pada pikiran kita adalah apa yang menjadi sesuatu yang begitu spesial yang kita miliki yang mungkin tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Kita akan berpikir bahwa talenta itu sepertinya sesuatu yang bisa membuat kita menjadi pusat perhatian bagi orang lain. Apa yang tidak ada pada saya dan apa yang sudah ada. Apa yang saya tidak punya dan apa yang saya punya. Kita cenderung menganggap talenta sebagai alat yang dapat memuaskan keingginan dan ambisi kita sendiri, bahkan ketika kita merasa kita tidak memiliki talenta sesuai dengan keinginan kita, kita akan berusaha mati-matian untuk mendapatkan talenta itu semata-mata untuk memuaskan ambisi pribadi kta.
Tetapi apakah pemikiran kita atau anggapan kita tentang talenta seperti yang diatas tadi, seperti yang selama ini kita pikirkan itu sudah benar?? Oleh karena itu marilah kita kembali pada Alkitab untuk bersama-sama melihat dan mencari tahu apakah talenta itu?? Bagaimana kita harus menyikapi dan menggunakan talenta yang ada pada kita??
Dalam kamus Alkitab, talenta itu adalah ukuran timbangan sebesar 3000syikal atau 34KG. Sedangkan dalam PB, talenta adalah ukuran uang yang sangat besar nilainya, 1talenta =6000 dinar. Dan dalam kamus besar bahasa Indonesia, talenta diartikan sebagai pembawaan seseorang sejak lahir atau bakat.

Dalam Injil Matius 25:14-30, perumpamaan tentang talenta, kita diajar untuk mengerti arti talenta yang ingin disampaikan oleh Yesus, kita diajar untuk melihat bagaimana cara kita menyikapi talenta yang ada pada kita. Dalam perumpamaan tentang talenta ini Yesus bukan ingin berbicara semata-mata tentang talenta dalam arti ukuran uang 6000 dinar, Yesus menggunakan perumpaman talenta untuk menjelaskan tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba dalam konteks kerajaan Allah. Ada beberapa hal pokok yang bisa kita pelajari dari perumpamaan tentang talenta yang ada dalam Injil Matius 25:14-30 ini, yang pertama, Yesus ingin mengatakan bahwa sesungguhnya setiap orang diberikan talenta, tidak ada satupun orang yang tidak diberikan talenta olehNya. Dalam I Korintus 12:11 mengatakan “tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia pada tiap-tiap orang secara khusus seperti yang dikehendakiNya”. Jadi jelas, Dia memberikan talenta kepada tiap-tiap orang, tidak ada seorangpun yang tidak diberikanNya talenta.
Yang kedua, setiap talenta itu berasal dari Tuhan, Dia yangmemberikan talenta itu kepada kita, kita tidak dapat memaksa dan memerintah Dia untuk memberikan talenta sesuai dengan keinginan atau ambisi kita. Dia yang mempunyai talenta maka sepenuhnya Dia yang berkuasa untuk menentukan dan memberikan talenta itu kepada kita. Tapi satu hal yang pasti, Dia mengetahui kemampuan kita sehingga Dia memberikan karunia talenta itu sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, Matius 25:15 “yang seorang diberikanNya lima talenta, yang seorang lagi dua, dan yang seorang lagi satu, masing-masing menurut kemampuannya”.
Yang ketiga,Dia tidak hanya menitipkan hartanya atau talentaNya begitu saja, Dia menuntut tanggung jawab kita untuk menggunakan dan mengembangkan talenta yang di berikanNya kepada kita. Dia tidak melihat jumlah dari yang kita dapatkan, tapi Dia melihat bagaimana sikap dan tanggung jawab kita untuk menggunakan talenta yang telah Dia berikan untuk kita. Mat 25:21 “maka kata tuannya itu kepadanya, baik sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan padamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”.
Yang keempat, setiap orang yang tidak menggunakan dan mengembangkan talenta yang telah diberikan kepadanya dengan benar, maka talenta yang telah diberikan dan yang ada padanya akan diambil daripadanya, Matius 25:29 “karena setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil daripadanya”.
Yang kelima, talenta yang diberikanNya kepada kita itu mempunyai maksud, yaitu untuk memperluas kerajaanNya, Matius 25:27b “supaya sekembalinya aku menerimanya serta dengan bunganya”.
Tuhan memberikan kita talenta sebagai alat untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaanNya di dunia, apapun juga talenta yang diberikanNya kepada kita haruslah kita pergunakan dengan tujuan untuk membangun kerajaanNya dan membangun sesama kita, I Korintus 14:26 “jadi bagaimana sekarang saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu. Yang seorang pemazmur, yang lain pengajar, atau pernyataan Allah atau karunia berbahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun”.

Dengan demikian sekarang kita telah mengetahui arti talenta yang dimaksudkan dalam perumpamaan talenta tadi. Talenta adalah segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita sebagai anugerah dalam rangka memperlebar kerajaan Allah, talenta yang telah diberikan kepada kita bukan untuk kita simpan ataupun kita pergunakan untuk kesenangan pribadi atauambisi pribadi kita, melainkan harus kita pergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan Allah didunia.
Amin.

Rabu, 02 September 2009

Apa arti sebuah nama?? (Matius 16:13-20).

Minggu lalu sahabat saya mendapat kabar dari dokternya yang menyatakan bahwa ia positif hamil, sebagai wanita yang telah berumah tangga dan telah lama menantikan seorang anak, tentu saja kabar tersebut menjadi kabar terindah yang ia dengar dari dokternya. Pertama-tama yang mereka lakukan setelah mendengar kabar tersebut adalah mereka mulai sibuk mencari-cari nama untuk calon bayi mereka. Bagi mereka lebih penting untuk menyiapkan nama terlebih dahulu daripada menyiapkan baju-baju atau perelengkapan buat calon bayi mereka.
Bahkan ditempat lain atau disalah satu daerah, nama dianggap begitu sakral sehingga orangtua tidak bisa sembarangan mmberikan nama kepada anaknya, orangtua itu harus bertanya dulu kepada saudara-saudaranya atau orang yang di tuakan, atau bahkan orangtua itupun harus mengadakan suatu acara khusus terlebih dahulu untuk mencari nama bagi anaknya.
Tapi ada juga orang yang tidak menganggap special sebuah nama. Kalau kita ingat ada kata-kata yang pernah di lontarkan oleh salah satu seniman dunia yang mengatakan ,apa arti sebuah nama??. Mungkin bagi orang-orang tertentu, sebuah nama tidak lebih daripada sebutan atau panggilan saja.
Setiap orang punya cara yang berbeda untuk menyikapi arti sebuah nama.
Seperti hal nya juga nama-nama yang kita temui dalam Alkitab, ternyata banyak juga nama-nama dalam Alkitab yang memiliki arti khusus, seperti salah satu contohnya, Nama Petrus berarti batu karang. Memang di dalam Alkitab kita sering melihat bagaimana sikap dan pendirian Petrus yang keras seperti batu karang, Alkitab mencatat hanya Petrus, dari semua murid-murid Yesus, yang bersikeras meminta Yesus membuatnya dapat berjalan di atas air dan mendatangi Yesus. Tapi di lain kesempatan kita juga dapat melihat bagaimana sikap Petrus yang mudah goyang tidak setegar batu karang, ketika angin menerpanya saat ia sedang berjalan diatas air sehingga ia goyah dan jatuh tengelam, itu menunjukan ternyata kadang Petrus pun tidak setegar batu karang sesuai namanya. Tapi dalam bacaan kita hari ini, kita dapat melihat bagaimana Petrus menjadi murid Yesus yang pertama yang dengan imannya yang teguh seperti batu karang menyatakan bahwa Yesus adalah mesias anak Allah yang hidup, sehingga Yesus berkenan mendirikan jemaatNya dalam diri Petrus.
Teman-teman, setiap kita pasti memiliki nama. Dan mungkin nama yang diberikan oleh orang tua kita itu memiliki arti tertentu. Dalam kartu identitas, mungkin nama setiap orang berbeda-beda, walaupun ada juga nama yang sama, tapi sadarkah kita bahwa sebenarnya saat ini kita memiliki satu nama, atau identitas yang sama, yaitu “KRISTEN”. Nama atau identitas Kristen bukanlah nama atau identitas yang tidak memiliki arti, Kristen berarti pengikut Kristus, ketika kita menyatakan bahwa kita ini adalah orang Kristen, itu artinya kita telah menyatakan bahwa kita ini adalah pengikut Kristus. Lalu persoalannya adalah, apakah kita sadar bahwa kita telah memiliki nama atau identitas Kristen?? Apakah di kehidupan kita sehari-hari kita telah menampakan dan menyatakan bahwa kita ini pengikut Kristus??
Seperti hal nya Petrus yang berarti batu karang, dan dengan pendirian yang teguh dan keras, Petrus pun menyatakan bahwa Yesus adalah mesias anak Allah yang hidup, serhingga Yesus berkenan mendirikan jemaatNya dalam diri Petrus, bagaimana dengan kita, apakah kita siap dengan teguh bersikap dan menyatakan nama dan identitas kita sebagai Kristen, sehingga Yesus pun berkenan mendirikan jemaatNya dalam diri kita??


Refleksi : Apakah kita telah mencerminkan nama atau identitas kita sebagai pengikut Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari?? Atau kita menganggap nama atau identitas Kristen yang ada pada kita sekarang hanyalah sebuah panggilan atau sebutan belaka yang tidak memiliki arti atau makna apa-apa dalam kehidupan kita.