Senin, 28 September 2009

Mencari rupa Allah

Teman-teman, saya ada sebuah cerita tentang 3 orang pemuda buta yang dimintai pendapat oleh seorang pemilik rumah makan tentang makanan gudeg andalan rumah makan itu. Setiap pemuda ini hanya boleh menyendok makanan di piring itu sekali saja dan kemudian pemuda buta itu harus memberikan pendapatnya tentang bagaimana rasa gudeg yang ia coba. Tentu saja ketiga pemuda buta ini senang karena selama ini mereka belum pernah mencoba makanan gudeg. Pemuda buta yang pertama ketika menyendok makanan dari piring itu, ia mengambil sayur gudeg nangkanya, maka ia mengatakan pendapatnya bahwa gudeg itu rasanya manis sekali. Ketika giliran pemuda buta yang kedua menyendok makanan dalam piring itu, ia mengambil santan areh atau santan kental yang menjadi bumbu gudeg, maka pemuda ini mengatakan, “maaf teman kamu salah, gudeg itu rasanya asin”. Lalu sampailah pada pemuda buta yang terakhir, ketika ia menyendok ternyata ia mengambil cabai pada sayur krecek nya, maka ia pun mengatakan “maaf teman-teman, kamu berdua salah ternyata rasa gudeg yang sebenarnya itu pedas”. Karena ketiga pemuda buta ini merasa bahwa pendapatnya yang paling betul maka mereka pun bertengkar dan terus mempertahankan pendapatnya dan saling menyalahkan pendapat yang lainnya.
Teman-teman, kisah pemuda buta tadi ingin menggambarkan bagaimana sikap kita ketika saling berdebat tentang rupa Allah. Sadar atau tidak kita sering sekali mencoba mengurung Allah dengan gambaran kita tentang Dia. Ketika kita merasakan kesenangan dan sedang menikmati kesuksesan maka dengan segera kita katakana bahwa Allah itu adalah baik dan penuh kasih, namun ketika kita atau orang yang lain sedang merasakan kesedihan karena musibah yang kita atau orang itu alami maka dengan segera juga kita katakana bahwa rupa Allah itu adalah Allah yang kejam dan tidak perduli. Kita merasa berhak dan ingin mengurung Allah dengan gambaran kita tentang Allah, bahkan tidak jarang teman-teman kita coba mengurung rupa Allah dengan menggambarkanya dalam bentuk-bentuk yang bisa mereka lihat dan rasakan melaui panca indera mereka. Ini yang terjadi juga pada orang-orang di Athena seperti dalam Kisah Rasul 17:16-28, mereka berupaya mengurung Allah dengan panca indera mereka sehingga mereka mulai menciptakan patung-patung yang dianggapnya menjadi allah yang patut mereka sembah. Orang-orang di Athena itu berpikir bahwa Allah itu harus dapat mereka lihat bentuknya serta dapat mereka pegang melalui panca indera mereka, mereka mau Allah yang nyata berdasarkan penglihatan dan panca indera mereka, sehingga mereka mulai membuat patung-patung allah untuk mereka namai dan mereka sembah. Sampai pada akhirnya mereka pun menjadi bingung dan kehabisan akal sehingga mereka membuat satu patung yang dinamai “allah yang tidak dikenal”. Seperti inilah juga yang terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini, banyak orang yang cenderung ingin mengurung Allah dalam pemikiran dan panca indera mereka, mereka menginginkan Allah yang dapat mereka lihat dan mereka kenal melaui penglihatan mata lahiriah mereka. Sehingga mereka mencari berbagai cara untuk dapat menemukan gambar rupa Allah yang dapat mereka lihat dan mereka pegang.
Sekarang pertanyaannya teman-teman, menurut kalian apakah memang Allah yang kita sembah itu bisa kita batasi dengan ruang, panca indera penglihatan jasmani kita seperti apa yang diinginkan orang-orang itu??? Tentu saja jawabannya TIDAK, Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh kuasa, Dia adalah Allah yang berdaulat, Allah yang memiliki kebebasan melakukan segala kehendakNya, Allah yang berkuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan kita manusia dengan segala panca indera yang Dia berikan kepada kita.
Demikian juga Rasul Paulus menentang apa yang dipahami oleh orang-orang Athena dalam Kisah Rasul 17:16-28, Paulus menentang pemikiran mereka yang ingin mencari rupa Allah berdasarkan penglihatan jasmani mereka sendiri, mereka ingin memiliki allah yang dapat mereka lihat dengan mata mereka dan allah yang dapat mereka sentuh dengan tangan mereka, sehingga mereka menciptakan patung-patung sebagai allah yang mereka sembah.
Teman-teman, kadang-kadang kitapun seperti itu, kita sering kali seperti Tomas, murid Yesus, yang hanya mau percaya setelah ia memegang Yesus dengan tangan jasmaninya. Kita sering kali menuntut, baru mau percaya pada Allah bila kita telah melihat Allah. Teman-teman, sebenarnya kita pun dapat melihat dan mengenal Allah, namun kita tidak dapat mengurung Allah dengan keinginan kita melihat Allah berdasarkan mata jasmani kita dan memegang Allah dengan tangan lahiriah kita. Lalu pertanyaannya bagaimana kita dapat mengenal Allah??? Kita tentu saja dapat mengenal Allah melalui karya-karyaNya yang nyata dalam setiap waktu kehidupan kita, kita dapat mengenal allah melalui firman-firman Tuhan yang kita baca dan renungkan setiap hari. Bukankah Allah telah menyatakan diriNya melalui yesus??? Dan bukankah Yesus telah banyak memberikan pengajaran-pengajaranNya selama Ia melayani di dunia ini, serta bukankah Yesus juga telah meninggalkan teladan-teladan yang dapat kita pelajari?? Bukankah juga murid-muridNya telah memberikan kesaksiannya dan menuliskan pengajaran-pengajaran yang Yesus berikan melalui firman yang dapat kita baca dan renungkan setiap hari???
Kita dapat mengenal Allah melalui itu semua, kita dapat mengetahui dan mengenal rupa Allah melalui bacaan firman yang kita baca dan renungkan setiap hari. Janganlah kita menjadi seperti ketiga pemuda yang buta tadi, yang bertengkar karena ketidak tahuan mereka dan hanya mengandalkan panca indera perasa mereka belaka tanpa pengenalan yang benar tentang apa yang mereka rasakan. Atau janganlah juga kita menjadi seperti orang-orang di Athena, seperti dalam bacaan kita tadi, yang mencari rupa Allah dengan mengurungNya dalam patung-patung karena mereka ingin melihat dan mengenal Allah menurut keinginan mereka yang dapat mereka lihat dengan mata jasmani mereka dan yang dapat mereka raba dengan tangan lahiriah mereka, mereka ingin mengenal Allah berdasarkan keinginan-keinginan mereka, dan yang pada akhirnya tidak berkenan di hati Allah.
Sesungguhnya kita dapat mengenal Allah, sesungguhnya kita dapat mengenal rupa Allah. Oleh karena itu marilah kita mencari rupa Allah dengan pengenalan-pengenalan yang benar tentang Allah melalui karya-karyaNya yang kita rasakan dalam setiap kehidupan kita, serta melalui firman-firmanNya yang kita baca dan renungkan setiap hari. Marilah kita semakin dekat padaNya untuk mengenal Dia dengan benar, sehingga pada akhirnya Allah berkenan pada kita dan menjadikan kita Anak-AnakNya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar