Senin, 07 September 2009

Bersyukur?? (II Samuel 12:1-25).

Mungkin teman-teman akan sedikit heran melihat judul yang saya pakai “bersyukur” tapi diikuti oleh tanda Tanya. Sekilas kita melihat ada keraguan karena tanda Tanya yang mengikuti judul “bersyukur” ini. Kalau teman-teman mau membaca perikop bacaan Alkitab kita yang ada diatas (IISamuel 12:1-25),teman-teman mungkin akan menemukan jawaban awal mengapa saya memakai tanda Tanya dalam judul itu.
Bagaimana, teman-teman sudah menemukan jawaban awal mengapa ada tanda Tanya dalam judul kita?? Ya, itu karena bagi sebagian orang mungkin judul kita ini tidak atau kurang sesuai dengan perikop Alkitab yang kita baca tadi, bagaimana mungkin tema bersyukur tapi bacaan Alkitab yang diangkat adalah tentang peristiwa raja Daud yang kehilangan anaknya karena anaknya itu meninggal. Bagaimana mungkin tema bersyukur disangkut pautkan dengan perikop kedukaan. Apalagi kalau saya tambahkan bahwa melalui tema kita hari ini, kita ingin sedikit belajar dari raja Daud tentang bersyukur ketika anaknya meninggal, mungkin sebagian dari kita segera berpikir jangan-jangan Sonny salah menafsirkan perikop Alkitab ini, atau bagaimana mungkin raja Daud bersyukur saat anaknya meninggal, apa mungkin Daud bersyukur karena anak dari batsyeba yang merupakan anak dari hasil dosa Daud merebut batsyeba dari uria telah meninggal?? Bukan itu yang ingin saya bagikan, saya ingin mengajak teman-teman bersyukur karena jawaban Tuhan.
Kalau teman-teman membaca perikop Alkitab kita hari ini, tentunya teman-teman akan melihat bagaimana sayangnya Daud akan anaknya itu sehingga ketika ia melihat anaknya itu sakit dikarenakan hukuman Tuhan atas dosa Daud (ayat 14), dia melakukan berbagai upaya untuk memohonkan kesembuhan untuk anaknya itu, Daud berdoa, berpuasa (ayat 16-17). Tapi ketika Tuhan seolah-olah menjawab “tidak” akan permohonan Daud itu sehingga anaknya itu tetap meninggal, kita melihat bagaimana reaksi daud menyikapi jawaban Tuhan itu, Daud tidak marah dengan jawaban Tuhan, dia juga tidak larut oleh kesedihannya, sebaliknya Daud malah bergegas mandi, bertukar pakaian, pergi kerumah Tuhan, sujud menyembah disana kemudian ia pun makan (ayat 20). Tindakan ini yang dapat kita artikan bagaimana Daud tetap dapat bersyukur ketika ia mendapatkan jawaban “tidak” atas permohonannya itu, Daud pergi kerumah Tuhan dan menyembah.
Ini yang ingin saya bagikan kepada teman-teman pada hari ini, bagaimana kita tetap bisa bersyukur ketika jawaban Tuhan ternyata adalah “tidak” akan permohonan kita dalam doa-doa kita kepadaNya. Kita tahu bukan hanya satu “iya” saja jawaban Tuhan akan doa-doa permohonan kita, Tuhan bisa saja menjawab “tidak” atau “tunggu” akan doa-doa permohonan kita itu, namun sayangnya seringkali kita tidak peka atau tidak mau mendengar jawaban Tuhan selain “iya”, kita seringkali merasa kalau jawaban Tuhan itu “tidak’ atau “tunggu’ maka itu bukanlah suatu jawaban, kita lalu menganggap Tuhan tidak menjawab doa kita. Ini yang sering terjadi, kita seringkali berdoa seolah-olah meminta kepada Tuhan tapi kenyataannya kita bukan meminta melainkan memaksa atau mengatur Tuhan, kita mau semua jawaban Tuhan terhadap doa-doa kita adalah “iya” dan tidak boleh yang lain. Bila Tuhan menjawab “iya” akan doa-doa kita maka mudah bagi kita untuk bersujud dan bersyukur, tapi sebaliknya bila jawaban Tuhan adalah “tidak” atau “tunggu” atas doa-doa kita maka jangankan untuk bersyukur, kita lebih sering marah kepada Tuhan dan merasa Dia tidak menjawab doa-doa kita. Ini lah yang saya mau bagikan kepada teman-teman, kiranya kita bisa sedikit belajar dari Daud bagaimana kita tetap bisa dan tetap mau bersyukur atas semua jawaban Tuhan sekalipun jawabanNya itu “tidak” atau “tunggu”.
Ini yang saya bisa pelajari atau dapatkan ketika saya merenungi perikop bacaan kita ini saat saya sedang tertekan dan merasakan Tuhan seolah-olah tidak menjawab doa saya, mungkin teman-teman sudah tahu kondisi fisik saya yang harus menggunakan kursi roda karena kecelakaan motor yang saya alami tahun 1998 lalu, tahun-tahun pertama saya mengalami kecelakaan ini dan mendapati kondisi saya yang tidak bisa berjalan dan harus menggunakan kursi roda pastilah membuat saya tertekan dan stress, saya hanya bisa berdoa dan terus berdoa untuk memohon kesembuhan saya ini, seringkali ketika saya berdoa tetapi masih saja mendapati kondisi saya yang belum sembuh dan masih harus menggunakan kursi roda membuat saya frustasi dan merasa Tuhan seolah-olah tidak menjawab doa-doa saya. Sampai pada suatu saat saya mendapati perikop dan merenungi perikop ini, saya merasa malu dan merasa kurang peka terhadap jawaban Tuhan, saya merasa malu karena mungkin selama ini dalam doa-doa permohonan saya itu ternyata saya bukan hanya sekedar meminta tapi lebih sering bertindak sebagai orang yang mau mengatur dan memaksakan keinginan dan kehendak saya pada Tuhan. Saya juga belajar dari rasul Paulus bagaimana Paulus bisa tetap bersyukur dan tetap melayani Tuhan walaupun ketika Paulus sakit dan ia minta kesembuhan pada Tuhan tetapi jawabanan Tuhan ternyata “tidak”. “tetapi jawab Tuhan kepada ku, cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanmulah kuasaKu menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah dalam kelemahanku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”(II Korintus 12:9).
Saya mencoba belajar dari raja Daud dan rasul Paulus yang tidak marah kepada Tuhan walaupun jawaban Tuhan adalah “tidak”. Saya tahu memang tidak mudah bagi kita untuk belajar untuk tetap mengucap syukur ketika jawaban Tuhan adalah “tidak” atas doa-doa kita, ego kita begitu besar sehingga bagi kita segala yang kita minta dalam doa kita itu kita anggap adalah selalu yang terbaik untuk kita sehingga kita selalu mau Tuhan harus menjawab “iya” dalam setiap doa-doa dan permohonan kita, kita lupa ternyata apa yang terbaik menurut kita tidak selamanya adalah yang terbaik menurut Tuhan. Tetapi satu yang pasti, apapun juga jawaban Tuhan, entah “iya”, “tidak” atau “tunggu”, yakinlah itu semua adalah jawaban yang terbaik dari Tuhan untuk kita sebagai Anak-AnakNya, Tuhan tidak akan pernah memberikan yang buruk kepada Anak-AnakNya, dan setiap jawabanNya itu pastilah memiliki rencana yang indah dan yang terbaik untuk hidup kita.
Ini yang saya dapatkan dan pelajari dari renungan saya atas peristiwa kematian anak Daud dari bacaan kita hari ini, sekaligus pelajaran yang bisa saya dapatkan dari rasul Paulus, yaitu bagaimana mereka tetap bersyukur walaupun mereka mendapatkan jawaban “tidak” dari permohonan doa mereka kepada Tuhan. Mulai saat itu saya terus mencoba belajar untuk tetap selalu bersyukur atas semua jawaban Tuhan, itu yang dapat membuat saya terus bersyukur dan melayaniNya hingga saat ini walaupun kondisi fisik saya sampai saat ini masih tetap harus menggunakan kursi roda. Saya bersyukur bukan karena saya tidak sembuh atau terus memakai kursi roda sehingga orang memperhatikan saya, bukan itu yang membuat saya bersyukur, tapi saya bersyukur karena walaupun jawaban Tuhan adalah “tidak” atau “tunggu” atas doa permohonan saya ini, tapi saya yakin Tuhan mempunyai rencana dan maksud yang indah dalam hidup saya melalui jawabanNya itu. Saya yakin sebagai AnakNya, Dia tidak akan meninggalkan saya walaupun Dia menjawab “tidak” atau “tunggu” atas doa permohonan saya ini.
Ini yang saya ingin bagikan dan mengajak teman-teman untuk kita bersama-sama belajar selalu mengucap syukur atas semua jawaban Tuhan akan doa-doa permohonan kita. Jangan kita marah kepada Tuhan dan mengatur atau memaksakan kehendak kita dalam doa-doa permohonan kita, Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Satu yang harus kita yakini, apapun jawaban Tuhan atas doa-doa permohonan kita, Dia tidak akan meninggalkan kita Anak-AnakNya dan Dia memiliki rencana yang indah dalam setiap kehidupan kita. Marilah kita selalu bersyukur.
Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar