Rabu, 23 September 2009

Memaafkan bukan hanya sekedar kata maaf

Baru saja beberapa hari yang lalu kita melewatkan hari lebaran, bagi teman-teman kita yang muslim tentu saja lebaran memiliki arti khusus, kita bisa temui begitu banyak orang-orang yang meminta maaf dan memaafkan pada saat-saat hari lebaran itu, tapi kalau kita mau melihat secara seksama berapa banyak dari begitu banyaknya orang-orang yang meminta maaf dan memaafkan itu tahu artinya memaafkan dan meminta maaf, karena tidak sedikit juga yang bisa kita lihat ketika orang-orang itu meminta maaf dan memaafkan terlihat hanya sekedar seremoni tahunan belaka, tidak ada arti dan makna yang benar saat mereka meminta maaf dan memaafkan. Coba kita perhatikan saat begitu banyak orang-orang pulang ke kampung halaman mereka, ketika bertemu tetangga kampung mereka langsung saja mereka spontan saling memaafkan, tapi coba Tanya mereka berapa banyak atau berapa sering mereka bertemu satu samalain?? Mungkin sekali jawabannya yah hanya setahun sekali dan hanya saat-saat lebaran itu, bila itu yang terjadi lalu dimana letak saling memaafkannya?? Bahkan mungkin tidak jarang tetangga yang mereka temui di kampung itu adalah tetangga baru dikampung mereka yang mungkin sekali mereka tidak mengenal benar orang tersebut, lalu dimana letak saling memaafkannya, apa yang dimaafkan??justru sebaliknya, ketika setiap hari mereka bekerja atau study atau berusaha di tempat lain atau merantau, mereka pasti bertemu dan bersinggungan dengan tetangga-tetangga rumah mereka, justru mungkin lebih sering mereka terlibat konflik antar tetangga mereka itu, namun sayang nya ketika saat-saat lebaran yang katanya waktu untuk saling memaafkan, mereka tidak bertemu dan melakukan saling bermaafan itu karena masing-masing telah sibuk dengan urusan pulang kampungnya, lalu kalau demikian dimana letak meminta maaf dan memaafkannya itu. Inilah yang saya sebut dengan meminta maaf dan memaafkan hanya sebagai seremonial tahunan belaka. Memang tidak semua orang atau tidak semua teman-teman muslim kita yang merayakan lebaran hanya melakukan saling bermaafan secara seremonial seperti yang saya katakana diatas, ada juga dan banyak juga mereka yang tahu dan memaknai saling memaafkan dengan benar.
Ada satu penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli kejiwaan, ternyata salah satu penyakit yang paling sulit disembuhkan adalah luka strss, luka batin, kebencian, kemarahan, dendam, dan trauma-trauma negative lainnya. Perasaan-perasaan terluka seperti itu paling sulit untuk disembuhkan secara total, sering kali luka-luka tersebut memendam dan mengakar dalam hati kita tanpa kita sadari, sehingga walaupun mungkin kita dapat dengan mudah mengatakan saya telah memaafkan dia, namun ternyata pikiran-pikiran kita masih menyimpan luka-luka yang disebabkan oleh kesalahannya, sehingga rekaman memori itu memendam dan mengakar dalam hati dan pikiran kita dan sewaktu-waktu siap kita keluarkan dan meledak menjadi sebuah dendam, kebencian ataupun luka batin yang sulit untuk disembuhkan secara total.
Saya pernah menanyakan beberapa orang untuk menjawab dengan jujur, menurut mereka mana yang paling sering mereka lakukan, yang pertama membalas kejahatan dengan kebaikan dan membalas kebaikan dengan kebaikan, atau yang kedua membalas kejahatan dengan kejahatan dan membalas kebaikan dengan kebaikan?? Dari jawaban-jawaban yang saya terima hampir sebagian besar atau hampir semuanya menjawab yang kedua, mereka lebih sering membalaskan kejahatan dengan kejahatan dan membalaskan kebaikan dengan kebaikan, alasan mereka melakukan hal yang kedua adalah buat apa kita berlaku baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita atau buat apa kita berbuat baik kepada orang jahat. Teman-teman sepertinya hal yang dilakukan oleh mereka yang mengatakan seperti itu adalah perbuatan yang manusiawi, sebagian besar tentunya orang tidak akan mau berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat kepadanya. Tapi coba kita sama-sama simak firman Tuhan dari Matius 18:21-35, perikop tentang mengampuni, ketika Petrus menanyakan pada Yesus berapa kali ia harus mengampuni?? Dan Yesus menjawab untuk mengampuni tujuhpuluh kaki tujuh kali (Mat 18:22).kita tentunya tahu maksud dari perkataan Yesus dengan menyebutkan mengampuni sebanyak tujuhpuluh kali tujuh kali itu bukan angka perkalian seperti matematika kita 70 X 7 = 490, Yesus mengunakan angka tujuh karena berdasarkan tradisi Yahudi angka tujuh memiliki arti yang sempurna, dengan demikian Yesus ingin kita memaafkan secara sempurna, selain itu Yesus juga ingin kita selalu saling mengampuni dengan segenap hati kita (Mat 18:35). Memang sebagian dari kita akan mengatakan “itukan Yesus, Yesus kan Allah sedangkan kita manusia, mana mungkin kita bisa melakukan hal yang dilakukan Allah”. Teman-teman, perintah Yesus dalam Matius 18:21-35 itu sangat jelas memerintahkan kita saling mengampuni dengan sempurna dan segenap hati, memang itu tidaklah mudah untuk dilakukan, namun bila kita telah menyebut diri kita sebagai anak-anak Allah maka seharusnyalah kita melakukan dan meniru apa yang Bapa kita telah lakukan. Memang itu tidaklah semudah yang dikatakan, dalam hal mengampuni, memang itu tidaklah semudah seperti mengatakan “saya memaafkan mu”, itulah mengapa di tema saya mengatakan memaafkan bukan hanya sekedar kata maaf. Saya teringat akan kunci memaafkan yang sepertinya banyak dari teman-teman yang telah mengetahuinya, kunci memaafkan itu adalah “forgive and forget”, memaafkan dan melupakan. Kadang-kadang kita lebih sering hanya mengunakan kata forgive, memaafkan saja dan kita tidak mengunakan kata selanjutnya yaitu forget, melupakan, sehingga seperti kata ahli jiwa dalam penelitiannya, rasa sakit hati, stress, kebencian dan amarah yang tidak memaafkan dan melupakan pada ahkirnya akan memendam dan mengakar dalam hati kita dan menjadikan dendam, luka batin yang sulit sekali untuk disembuhkan secara total. Kita lebih sering memberikan maaf dengan bibir saja, sedangkan sebenarnya dengan jelas Yesus menginginkan kita memaafkan secara sempurna yaitu dengan memaafkan dan melupakan. Ada orang yang mengatakan memaafkan itu bukan hanya sekedar perasaan, tapi memaafkan itu adalah kehendak atau keinginan, mau atau tidak kita memaafkan dan melupakan kesalahan orang itu.
Seperti yang saya bilang tadi, mungkin sebagian besar dari teman-teman sudah mengetahui kunci memaafkan “forgive and forget” ini, namun saat ini saya hanya ingin mengingatkan kembali kunci itu agar kita senantiasa bukan hanya mengingatnya saja tapi juga dapat mulai belajar menggunakan kunci forgive dan forget itu dalam kehidupan kita sehari-hari tepatnya dalam hal mengampuni. Saya tahu tidaklah mudah kita dapat melaksanakan perintah Yesus untuk memaafkan secara sempurna dan memaafkan dengan segenap hati, sayapun merasakan sulitnya memaafkan dan melupakan kesalahan orang yang bersalah kepada kita, apalagi bila kesalahannya itu sudah sangat membuat kita terluka, namun marilah kita bersama-sama mulai belajar untuk menjadi anak Tuhan yang patuh dan setia serta selalu menuruti perintah-perintahnya.
Kiranya kata-kata forgive and forget itu bukan hanya sekedar menjadi kata-kata indah yang kita tahu dan kita ingat, tapi biarlah kunci kata-kata forgive and forget itu dapat benar-benar kita lakukan dalam kita memaafkan sesama kita, begitu juga seperti hal nya salah satu kata dalam doa Bapa kami “ …… dan ampunilah kami seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami……”. Kiranya doa yang kita ucapkan itu dapat benar-benar kita lakukan dalam setiap kehidupan kita, sehingga kata maaf yang keluar dari kita bukan hanya sekedar kata maaf dimulut saja. Kiranya Tuhan yang adalah Bapa kita akan membantu dan memampukan kita untuk melakukan segala printah-perintahnya termasuk perintah untuk memaafkan secara sempurna dan memaafkan dengan segenap hati.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar