Rabu, 26 Agustus 2009

Mengucap Syukur (I Tes 5:16-18)

Teman-teman…..
 Setiap orang yang mengaku Kristen tentu tahu bahwa Yesus telah menjadi juruselamatnya karena Ia mau berkorban bagi manusia dengan memberi diri-Nya mati di salib dan bangkit kembali.
 Tapi di awal renungan kita saat ini saya ingin mengajak kita merenungkan bersama sebuah pertanyaan: Berapa kali dalam sehari kita mengingat Yesus yang telah menderita bagi kita? 
Mengingat-Nya dalam perbuatan kita, perkataan kita bahkan merenungkan dan terlebih lagi untuk mensyukurinya? 

Sayangnya, bila kita sebagai orang Kristen yang dikatakan mengetahui hal ini, ternyata masih sedikit yang mewujudnyatakannya dalam setiap saat hidup kita. 
Contohnya saja, soal makan. Dengan berdoa sebelum makan berarti kita menerima makanan kita itu sebagai berkat dari Tuhan yang mengasihi kita. Tapi, berapa banyak orang yang masih tetap berdoa dan mengucap syukur pada waktu makan siang di restoran atau pun makan bersama 
Teman-teman di kantor atau dikampus? 
Mungkin tidak banyak! 
Atau bisa juga soal mengucap syukur ketika mendapatkan suatu berkat kenaikan pangkat atau promosi ke posisi yang lebih tinggi lagi atau usahanya yang semakin maju atau sukses dalam ujian di kampus, 
Berapa banyak dari kita sebagai orang yang mengaku Kristen mensyukurinya dengan mengatakan bahwa semuanya adalah berkat dari Tuhan di hadapan orang lain?
Mungkin Tidak banyak juga! 

Dengan kata lain, teman-teman…syukur dan kesadaran akan pengorbanan Allah dan berkatNya bagi kita manusia yang bisa dipastikan dimiliki setiap orang Kristen, seringkali tidak dibarengi dengan kesaksian yang nyata dalam kehidupan pribadinya sebagai orang kristen. 

Harus kita akui tidak sedikit Orang Kristen seringkali malu mengakui Tuhannya di hadapan orang lain, dan lupa mensyukuri berkat Tuhan yang telah ia terima apalagi pada saat dirinya dalam situasi terdesak

Seperti ada sebuah cerita tentang seorang 
Pemuda yang datang kepada seorang pendeta untuk minta didoakan agar dia boleh mendapatkan suatu pekerjaan sekalipun hanya sebagai seorang OB (Office Boy) guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan dia berjanji jika dia sudah bekerja dia akan memberikan sebagian hasil jerih kerjanya (gaji) untuk menunjang pelayanan gereja.  
Setelah mendengar keluhan pemuda tersebut sang pendeta lalu mengajaknya berdoa. Dalam doanya Pendeta memohon kiranya Tuhan mendengarkan apa yang menjadi keluhan pemuda tersebut…
Setelah berdoa pemuda itu pamit pulang…

Selang beberapa minggu kemudian pemuda itu datang kembali ke pendeta dan mengatakan bahwa ia sudah bekerja sebagai OB dan dia memberikan sebagian gajinya sesuai janjinya untuk menunjang pelayanan gereja. Tetapi ia minta kepada pendeta untuk berdoa kalau bisa dia mendapatkan posisi yang lebih baik lagi dalam pekerjaannya supaya gajinya lebih baik lagi mengingat kebutuhannya yang cukup besar, belum lagi perpuluhan yang harus dia berikan untuk gereja… Pendeta berdoa….. Pemuda itu pulang….beberapa bulan kemudian Pemuda itu datang menceritakan kesuksesannya dalam pekerjaannya. Dia tidak lagi jadi OB Tetapi jadi kepala OB.. Pemuda itu minta didoakan agar posisinya lebih baik lagi dengan demikian perpuluhannya semakin besar untuk Tuhan
Singkat cerita keinginannya terkabul dan dia mulai mengeluh dengan perpuluhan yang dia harus berikan untuk pelayanan gereja …. Pendeta pun berdoa kepada Tuhan mengutarakan keluhan pemuda ini. Akhirnya dia kembali menjadi OB.

Teman-teman….
Ketika pemuda tadi kembali menjadi OB, bukan berarti Tuhan marah dan menghukum pemuda tadi karena ia mengeluh akan perpuluhannya, bukan itu intinya, tapi bagaimana pemuda tadi tidak mau bersyukur atas apa yang telah ia dapat dan yang telah Tuhan berikan kepadanya. Ketika pemuda ini semakin diberkati, ia mulai lupa akan asal dari berkat itu dan lupa untuk bersyukur atas berkat yang telah ia peroleh itu. Sosok pemuda dalam cerita di atas bisa digambarkan mirip dengan keadaan kita selaku orang Kristen yang terkadang lupa dalam mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan pada kita. 

Lupa menyadari bahwa apa yang di peroleh sampai saat ini adalah berasal dari Tuhan.
Bahkan ada pula orang Kristen yang beranggapan bahwa setiap kesuksesan, keberhasilan dan kesukaan merupakan hal yang wajar yang harus diterimanya setiap saat, tanpa harus mensyukuri dan menyadari bahwa sebenarnya semua itu berasal dari Tuhan.  

Teman-teman…..
Saat ini kita harus bersyukur karena Surat Pertama Rasul paulus kepada umat di Tesalonika Yang menjadi dasar perenungan kita pada saat ini (I Tes. 5:16-18) mengingatkan dan mengajarkan kepada kita agar kita senantiasa bersyukur dalam segala hal. Artinya kita harus mampu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah Ia berikan pada kita sampai saat ini.
Dalam suratnya ini, Paulus memberi nasihat kepada jemaat di tesalonika dan tentunya kita yang ada pada saat ini, agar kita mampu mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala suasana dan tidak hanya pada saat-saat yang menyenangkan saja. Maksudnya agar kita tidak pilih-pilih suasana saja ketika kita hendak bersyukur pada Tuhan. (seperti pemuda tadi yang memilih-milih)
Lebih daripada itu paulus juga mengingatkan pada kita agar kita tetap menjalin hubungan yang baik dengan Allah melalui doa (17). Karena dengan doa kita dapat merasakan kedekatan hidup bersama dengan Allah.

Oleh karena itu teman-teman yang dikasih Tuhan, belajar dari Firman Tuhan yang telah kita baca dan renungkan, maka pertanyaan yang harus kita jawab bersama-sama adalah:
Sudahkah kita mewujudkan syukur kita itu kepada Tuhan dalam segala tingkah, kata dan pikiran kita. BAhwa saya ada, saya bisa karena Tuhan baik pada saya. Saya sukses dan berhasil karena Tuhan. SAya menjadi seperti apa adanya saya sekarang ini karena kebaikan Tuhan semata. Karena pertolongan Tuhan pada saya dan bukan karena kecantikan, kecakapan, kehebatan saya sendiri. 

Ada baiknya pula kita mengingat ucapan pemamzur yang mengatakan: “Biarlah orang yang takut akan Tuhan berkata “Bahwasanya kasih setia Tuhan untuk saya selama-lamanya ,dalam suka maupuan dalam duka Ia tetap beserta saya, karena itu saya ingin selalu bersyukur pada Tuhan. 

Marilah kita mulai tampil dalam hidup bersama Allah (ditengah pekerjaan, ditengah study, ditengah pelayanan, ditengah rumah tangga, bahkan dimanapun juga). Karena kita semua tahu bahwa Allah telah begitu baik dalam kehidupan kita.TErpujilah nama Tuhan, saat ini sampai selama-lamanya.Amin. 

2 komentar:

  1. Congrats for the new blog pak pendeta :)

    BalasHapus
  2. Thank atas renungannya, memang selama ini kita selalu lupa dengan yang namanya mengucap syukur, ini pun terjadi pada diri saya, begitu hasil yang besar yang saya dapatkan, saya langsung merencanakan untuk kepentingan diri sendiri dan lupa akan pengucapan syukur dan perpuluhan.
    Pada saat ini saya seperti OB yang diatas, kembali lagi menjadi OB, mungkin ini pelajaran yang selama ini saya lupakan.

    BalasHapus